Dari semua media sosial yang saya punya, sepertinya blog ini yang paling sedikit dilihat orang, makanya saya bicara di sini tentang uneg-uneg saya, supaya tidak mengundang kontroversi.
Saya sangat terganggu dengan istri-istri anggota TNI, yang dengan sadar ataupun tidak, mengunggah pesan-pesan berbau SARA di media sosial. Bukan karena saya kaum minoritas, tetapi saya sebagai sesama istri prajurit, merasa bahwa pesan-pesan tersebut adalah ancaman internal yang tidak hanya dapat merusak kesatuan TNI tetapi juga NKRI.
Tidak sedikit saya temui istri prajurit yang mengunggah foto-foto dan pesan-pesan di media sosial yang menyudutkan agama dan ras tertentu. Walaupun hati merasa sedikit tertantang, saya memilih untuk tidak bereaksi. Bukan berarti saya merasa bersalah atau terintimidasi, tapi saya tidak mau memperkeruh suasana, menimbulkan debat kusir yang tidak ada ujungnya. Hei, nyawa suami saya lebih penting! Maksudnya?
Lima tahun yang lalu di Magelang, suami saya telah bersumpah untuk menjaga keutuhan NKRI hingga titik darah penghabisan. Saya pun mengalaminya dan menyaksikan suami saya siap sedia, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, demi pekerjaan yang sangat dicintainya. Prinsipnya hanya satu: NKRI harga mati. Lalu di manakah tempatnya untuk saya dapat menyentil sedikit prinsipnya itu, jika itu sama dengan membahayakan nyawa suami saya sendiri? NON-SENSE!
Saya yakin istri anggota TNI adalah perempuan terpilih, bukan perempuan yang asal bicara tanpa berpikir panjang. Di luar apapun agamanya atau apapun rasnya, kita mempunyai tugas yang sama: mendukung suami menjaga keutuhan NKRI. Sebelum mengunggah sesuatu di media sosial, ada baiknya kita telaah dulu apa efeknya terhadap orang lain. Jadi ya ibu-ibu, saya lebih suka melihat unggahan foto-foto selfie yang itu-itu saja, dan foto-foto yang berhubungan dengan perkembangan anak, foto-foto kegiatan Persit di ranting masing-masing, dan unggahan lain yang lebih menyenangkan daripada unggahan SARA-mu itu. Di situasi yang panas saat ini, bukankah seharusnya kita, bunga-bunga negara, yang menjadi penyejuk hati?