Sejak satu hari setelah pernikahan saya, Mama saya sangat yakin saya bakal cepet hamil. Alasannya, satu hari setelah hari pernikahan saya, Mama saya mimpi mendapat kalung berlian. Dia yakin saya akan segera punya anak perempuan, karena mimpinya sama seperti ketika dia mengandung saya.
Akhirnya ketika saya benar-benar hamil, which is puji Tuhan beneran cepet, saya dan suami pun berharap diberi anak perempuan. Alasan pertama, feeling Mama saya itu kuat dan mimpinya seringkali jitu. Alasan kedua, karena suami tidak punya adik perempuan dan keponakan saya pun laki-laki semua. Jadilah kami berangan-angan bahwa si dedek akan berjenis kelamin perempuan dan bahkan menyiapkan nama untuknya.
Sejak awal mendapat testpack positif, saya kontrol kehamilan tiap bulan ke dokter spesialis obgyn yang praktek di tempat saya bekerja, yaitu dr. Novan S. Pamungkas, SpOG. Lumayanlah konsultasi dan USG 3D gratis. Hihihi... Tapi sayangnya saya tidak bisa melahirkan di tempat kerja karena ketiadaan ruang rawat inap. Mau enggak mau saya harus mencari rumah sakit untuk tempat melahirkan nanti. Begitu tahu dr. Novan praktek juga di Brawijaya Women and Children Hospital serta di RSAB Harapan Kita, pupuslah harapan saya karena kedua tempat itu jauh sekali dari rumah Mama saya.
Saya pun baru mulai serius hunting dokter ketika kehamilan saya mencapai usia 20 minggu. Sesuai saran sahabat saya yang bekerja di rumah sakit ibu dan anak, saya harus USG fetomaternal sama the legendary dr. Bambang Karsono, SpOG(K). Katanya dialah ahli USG 4D paling kondang se-Jakarta. Saking niatnya saya booking untuk USG sejak si dedek baru 12 minggu. Hohoho... Nah, kebetulannya lagi dr. Bambang prakteknya di YPK Mandiri, which is tempat saya dilahirkan dulu. Saya pikir-pikir, yoweslah, sekalian saya juga survey siapa tau potensial jadi tempat melahirkan.
Singkat cerita, akhirnya Jumat 5 Februari 2016 saya datang ke YPK Mandiri, Menteng, bersama suami dan Mama. Kesan pertama, parkiran susah. Yup, ternyata rumah sakit terkenal ini enggak sebesar yang saya kira, apalagi parkirannya. Banyak sekali mobil pasien dan pengunjung yang harus parkir di pinggir jalan sepanjang Jl. Theresia, Menteng. Saya cuma mikir kalau teman-teman mau jenguk nanti males juga ya, nyari parkirnya. Lanjut ketika masuk lobby, meja registrasi langsung berada di drpan pintu masuk. Saya langsung saja memberi tahu bahwa saya sudah bikin perjanjian dengan dr. Bambang, mbak registrasi pun langsung memberi kertas berisi nomor antrian. Saya dapat nomor 7.
Kami bertiga pun menunggu di depan ruang praktek dr. Bambang. Di sisi depan poliklinik terdapat nurse station, dan saya melihat beberapa bumil mengantri untul ditimbang dan diperiksa tekanan darahnya. Saya pun menghampiri perawat di nurse station untuk mengantri, namun perawat di nurse station memberi tahu saya: "Kalau pasien dr. Bambang enggak perlu dicek di sini, Bu" Hmh? Oh, OK. Mungkin nanti dicek sama perawat asisten dr. Bambang, pikir saya. Akhirnya saya bertemu dengan dr. Bambang jam 7 malam (janjinya jam 5.30). It's not a big deal, menurut saya. Sebagai sesama penyedia pelayanan medis, saya sangat mengerti kalau dokter obgyn sering terlambat hadir di poliklinik. Yaiyalah, mana ada proses persalinan yang bisa diatur harus selesai dalam sekian jam. Ya enggak?
Physically, sesuai hasil googling saya *grin*, dr. Bambang terlihat seperti ompung-ompung baik hati. Ga terlalu tinggi, ga terlalu gemuk, berambut putih, dan ketawanya khas seperti terkekeh gitu. Saya langsung diminta untuk berbaring di bed pasien dan beliau segera memeriksa kandungan saya. Ternyata enggak ada tuh ditimbang dan diukur tekanan darah oleh peraway pribadi dr. Bambang. Hmm, agak mengecewakan sih, tapi mungkin karena banyak bumil yang datang ke dr. Bambang memang hanya untuk USG fetomaternal saja dan bukan kontrol rutin, jadilah penilaian BB dan tekanan darah kurang bermakna.
Awalnya dr. Bambang menunjukkan janin saya secara keseluruhan, si dedek lagi menendang-nendang kakinya, wajahnya menempel ke plasenta. Okelah, sepertinya memang templatenya beliau untuk memulai USG dengan menonton si dedek show. Barulah kemudian dr. Bambang meneliti satu persatu bagian tubuh dedek. Dimulai dr bagain tubuh atas, tengah, dan bawah. Dari tubuh bagian atas, beliau memperlihatkan otak, lensa mata, hidung, mulut, telinga, dan bibir. Awalnya dedek masih mau memperlihatkan mukanya yang supermini, tapi ketika saya bilang: "wah, hidungnya besar!" entah kenapa dia langsung menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Kata dr. Bambang bayinya ngambek. Hahaha... Maaf ya dek!
Lanjut ke tubuh bagian tengah, dr. Bambang menunjukkan jantung, paru, lambung, dan yang pasti ditunggu-tunggu: jenis kelamin.
"Udah tau belum jenis kelaminnya?" beliau bertanya. Kami bertiga pun menggeleng.
"Mau tau apa enggak usah?"
Mama dengan cepat menyahut, "Ya, mau dong,Dok!"
Dokter pun langsung mengarahkan kursor ke selangkangan dedek, "Tuh, ada monasnya, itu skrotumnya."
Ho, laki-laki? Pertanyaan saya berikutnya, "Itu udah fixed laki-laki, Dok?"
Beliau hanya menggerakan probe USG, mencoba menunjukkan dengan lebih jelas si monas kepada saya, "Iya, nih. Laki-laki bayinya."
Ohh..oke deh. Halo, Bang!!! Hihihi...Saya, Mama, dan suami agak tercengang karena selama ini semua orang yang melihat saya yakin kalau anak saya perempuan. Tapi enggak masalah, laki-laki dan perempuan sama saja, yang penting sehat dan baik ya, Bang :)
Dr. Bambang juga menjelaskan bahwa plasenta letaknya baik, tidak menutupi jalan lahir, jadi kemungkinan melahirkan normal terbuka lebar. OKEH! Ketuban pun jernih dan jumlahnya cukup. Setelah puas melihat semua organ si dedek, saya pun berharap akan ada sesi tanya panjang lebar dengan dr. Bambang. Tapi ternyata saya hanya sempat bertanya sedikit. Saya agak khawatir tentang Hb saya yang mulai turun, yaitu 11 g/ dL. Dokter hanya berpesan untuk memeriksakan Hb lagi saat usia kehamilan masuk 7 bulan.
Saya pun bertanya tentang metode persalinan dengan ILA. Dr. Bambang dengan tegas menjawab, "Udah, enggak usah macem-macem, yang normal aja. Lagipula ILA kan ada efek sampingnya, bisa sakit kepala kronik kamu." *langsung down* Okelah, emang niat hati mau melahirkan normal walaupun horor.
Selesai tanya jawab, saya diminta untuk membereskan administrasi sembari menunggu hasil USG. Saya agak kaget saat membayar biaya USG, karena harganya hanya separuh dari harga yang sebelumnya disebutkan oleh bagian registrasi saat saya pertama kali booking. Ketika perawat dr. Bambang memberikan hasil USG berupa foto dan CD, saya iseng bertanya kenapa harga USG-nya berubah. Si perawat tersenyum sembari menepuk lengan saya, "Kalau sama sejawat enggak kena biaya konsul. Dok." Otomatis saya langsung senyum lebar dari kuping ke kuping. Seorang dokter spesialis yang sudah tersohor dan senior ternyata masih ingat untuk tidak mengambil keuntungan dari sejawatnya...Huhuhu *terharu*. Akhirnya saya pulang ke rumah dengan Mama dan suami dengan pesan dari dr. Bambang untuk USG ulang 12 minggu lagi. Oke, Dok!
Sekian pengalaman saya bertemu dr. Bambang Karsono, SpOG(K), memang enggak lebay kalau dibilang dia ahli USG, karena memang dia memeriksa dengan sangat detail. Tapi untuk tempat melahirkan, tampaknya saya masih pikir-pikir dan harus hunting lagi. Ada rekomendasi? :D
Oiya, saya sempat memfoto estimasi biaya persalinan di YPK Mandiri per Desember 2015:
Sectio Caesarea
VVIP : Rp 35.250.000,00
VIP : Rp 30.150.000,00
Kelas I Utama : Rp 27.550.000,00
Kelas I : Rp 23.300.000,00
Kelas II : Rp 19.700.000,00
Kelas III : Rp 17.750.000,00
Partus Normal
VVIP : Rp 22.200.000,00
VIP : Rp 18.600.000,00
Kelas I Utama : Rp 16.350.000,00
Kelas I : Rp 13.950.000,00
Kelas II : Rp 12.250.000,00
Kelas III : Rp 10.650.000,00
NB: itu masih estimasi loh, jadi masih biasa bertambah kalau ada biaya obat-obatan lain dan sebagainya. Hope it helps!