Tuesday, December 20, 2016

Untuk Para Bunga Negara

Dari semua media sosial yang saya punya, sepertinya blog ini yang paling sedikit dilihat orang, makanya saya bicara di sini tentang uneg-uneg saya, supaya tidak mengundang kontroversi.

Saya sangat terganggu dengan istri-istri anggota TNI, yang dengan sadar ataupun tidak, mengunggah pesan-pesan berbau SARA di media sosial. Bukan karena saya kaum minoritas, tetapi saya sebagai sesama istri prajurit, merasa bahwa pesan-pesan tersebut adalah ancaman internal yang tidak hanya dapat merusak kesatuan TNI tetapi juga NKRI.

Tidak sedikit saya temui istri prajurit yang mengunggah foto-foto dan pesan-pesan di media sosial yang menyudutkan agama dan ras tertentu. Walaupun hati merasa sedikit tertantang, saya memilih untuk tidak bereaksi. Bukan berarti saya merasa bersalah atau terintimidasi, tapi saya tidak mau memperkeruh suasana, menimbulkan debat kusir yang tidak ada ujungnya. Hei, nyawa suami saya lebih penting! Maksudnya?

Lima tahun yang lalu di Magelang, suami saya telah bersumpah untuk menjaga keutuhan NKRI hingga titik darah penghabisan. Saya pun mengalaminya dan menyaksikan suami saya siap sedia, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, demi pekerjaan yang sangat dicintainya. Prinsipnya hanya satu: NKRI harga mati. Lalu di manakah tempatnya untuk saya dapat menyentil sedikit prinsipnya itu, jika itu sama dengan membahayakan nyawa suami saya sendiri? NON-SENSE!

Saya yakin istri anggota TNI adalah perempuan terpilih, bukan perempuan yang asal bicara tanpa berpikir panjang. Di luar apapun agamanya atau apapun rasnya, kita mempunyai tugas yang sama: mendukung suami menjaga keutuhan NKRI. Sebelum mengunggah sesuatu di media sosial, ada baiknya kita telaah dulu apa efeknya terhadap orang lain. Jadi ya ibu-ibu, saya lebih suka melihat unggahan foto-foto selfie yang itu-itu saja, dan foto-foto yang berhubungan dengan perkembangan anak, foto-foto kegiatan Persit di ranting masing-masing, dan unggahan lain yang lebih menyenangkan daripada unggahan SARA-mu itu. Di situasi yang panas saat ini, bukankah seharusnya kita, bunga-bunga negara, yang menjadi penyejuk hati?

Sunday, December 11, 2016

Surat Untuk Nixon S.ASI (Sarjana ASI)

Hari ini, 11 Desember 2016, Nixon genap berusia 6 bulan. Selama 6 bulan ini, Nixon hanya tergantung pada ASI Mami. Yah sesekali Mami tempelin pisang dan pepaya sih ke mulutmu untuk kamu jilat-jilat. Oh iya buah naga juga! 😁

Selama 6 bulan ini, Mami berusaha konsisten memompa ASI sebanyak 3 kali di tempat kerja dan 2 kali di rumah. Tidak setiap hari Mami pulang membawa botol-botol penuh ASIP. Ada kalanya yang dibawa botol setengah penuh, seperempat penuh, bahkan botol kosong. Tapi itu tidak memudarkan semangat Mami untuk memberikan yang terbaik buat Nixon. Mami percaya Tuhan pasti cukupkan kebutuhanmu, Bang. Mami juga bersyukur karena Mami mendapat banyak dukungan dari Papimu yang sedang berdinas di perbatasan, Opung, saudara-saudara, dan teman-teman Mami.

Nixon sayang, Mami juga bersyukur Tuhan memakaimu sebagai saluran berkat. Nixon sudah membantu teman dan saudara Nixon dengan mendonorkan ASIP Mami. Kamu punya saudara-saudara sepersusuan, Bang. Lucu ya!

Nah, usia 6 bulan tandanya lampu hijau untuk MPASI. Mami semangat sekali, Bang, mau menyuapimu makan. Mami harap kamu menyenangi pengalaman makanmu, sama seperti Papi Mamimu yang hobi makan. Hahaha... Sehat-sehat terus dan makan yang lahap ya, Bang!

Dalamnya laut tidak melebihi dalamnya kasihku padamu.

Peluk hangat,
Mami

Wednesday, September 21, 2016

Setengah Jalan Menuju S1

Tanpa terasa, cuti melahirkan saya berakhir tanggal 6 September 2016 yang lalu. Tiga bulan ternyata enggak terasa ya kalau dihabiskan untuk mengurus si kecil? Dan seperti ibu pekerja lainnya, datanglah kegalauan menjelang mulai bekerja. Ninggalin rumah selama 12 jam untuk pertama kalinya tanpa Nixon berhasil membuat mata saya berkaca-kaca di mobil dalam perjalanan menuju tempat kerja (gengsi nangis di rumah, pasti diledekkin opungnya Nixon... Zzz...)

Walaupun saya harus bekerja, saya bertekad Nixon harus lulus ASI eksklusif. Enggak muluk-muluk, minimal 6 bulan saja sampai dia mulai makan makanan padat. Kalau bisa sampai 2 tahun, itu bonus buat dia. ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang dianjurkan oleh WHO (World Health Organization) penting banget untuk perkembangan otak bayi, daya tahan, dan juga ternyata social skill bayi. Untuk ibu, ASI juga bermanfaat sebagai kontrasepsi alami (jadi enggak hamil lagi untuk sementara waktu), bahkan bisa membantu menurunkan berat badan pasca melahirkan (saya setuju banget yang ini!)

Nah, awal-awal setelah melahirkan, enggak ada masalah sama sekali dengan produksi ASI saya. Bahkan 2 minggu sebelum Nixon lahir, saya sudah memproduksi kolostrum, si cairan kuning pekat yang hanya dihasilkan selama beberapa hari setelah melahirkan. Sepulang dari rumah sakit, payudara saya juga sempat bengkak karena produksi ASI cukup banyak sementara Nixon baru minum sedikit sekali (lambung bayi baru lahir hanya sebesar kelereng). Akhirnya, berdasarkan saran dari teman baik saya, saya mulai memompa ASI. Saya menggunakan pompa manual merk Pigeon. Pertama kali saya memompa, kolostrum yang dihasilkan hanya sekitar 20cc. Ternyata karena payudara saya terlalu bengkak, kolostrum justru sulit dipompa. Saya sempat menangis waktu itu, karena nyeri dan karena takut saya mengalami mastitis (infeksi di kelenjar susu). Setelah berkonsultasi dengan teman-teman, akhirnya saya mulai mengompres payudara dengan air hangat dan dingin bergantian. Ajaib, setelah dikompres kolostrum saya mulai mengalir deras ketika dipompa. Saya berhasil mengeluarkan sekitar 60 ml kolostrum dari masing-masing payudara.

Masalah lain pada saat awal saya menyusui adalah puting lecet. Menurut yang saya baca, puting lecet disebabkan oleh perlekatan (latch-on) yang tidak baik antara mulut bayi dan payudara ibu. Bisa jadi hanya puting ibu yang masuk ke dalam mulut bayi, padahal seharusnya puting dan sebagian besar areola (lingkaran gelap yang mengelilingi puting). Saya pun mengalami hal itu (hiks!). Ya walaupun saya dokter dan sudah paham tentang perlekatan yang benar, tapi dalam prakteknya susah juga yah :( Minggu pertama saya menyusui Nixon, saya sangat kesakitan karena puting saya lecet-lecet. Rasanya jangan ditanya. Ngilu sampai kaki tiap kali menyusui, bahkan kadang saya sampai menggigit kerah baju saya untuk menahan sakit saat menyusui.

Melewati bulan pertama, saya mulai merasa nyaman saat menyusui Nixon, produksi ASI pun lancar jaya. Sambil menyusui, saya masih bisa menabung ASI perah (ASIP) sebanyak 300-400 ml per hari. ASIP dapat bertahan kualitasnya selama 6 bulan apabila dibekukan di freezer khusus ASIP/ freezer kulkas 2 pintu. Penting banget bagi ibu pekerja untuk menabung ASIP selama cuti melahirkan, untuk antisipasi produksi ASI berkurang setelah bekerja. Dan memang benar, saya merasa produksi ASI saya menurun semenjak masuk kerja (padahal baru 2 minggu kerja!)

Dengan jam kerja saya yang 9 jam per hari, saya harusnya dapat memompa ASI sebanyak 3 kali. Namun karena jam kerja saya berbeda-beda setiap harinya, maka jadwal memompa saya di tempat kerja pun tidak teratur. Dengan memompa 3 kali selama di tempat kerja, saya dapat membawa pulang ASIP sekitar 400-500 ml. Namun ini masih kurang, karena Nixon minum sekitar 5 kali selama saya tinggal dan volume susu yang dia minum 120 ml,  jadi selama saya tinggal dia menghabiskan sekitar 600 ml ASIP. Nah, makanya saya harus memompa 1-2 kali lagi di rumah agar tidak defisit. Biasanya saya memompa malam sebelum tidur dan pagi sebelum berangkat kerja. Beberapa sumber bilang kalau memompa paling efektif itu di pagi-pagi buta, tapi saya enggak kuat! *bendera putih

Puji Tuhan sampai sekarang tabungan ASIP beku belum pernah saya pakai dan tersimpan aman di freezer dan Nixon minum ASIP yang diperah sehari/ dua hari sebelumnya yang hanya saya simpan di chiller. Harapan saya sih Nixon enggak perlu minum ASIP beku, jadi tabungan saya itu bisa didonorkan untuk bayi-bayi lain yang memerlukan. Kan seneng kalau bisa jadi saluran berkat untuk orang lain.Hehehe...Semangat ya untuk semua ibu pekerja!

Tabungannya Nixon

Monday, July 11, 2016

Dear Son

June 11th, 2016

Our dear Paulus Nixon Hutajulu,

It was exactly 1 month ago when Mami gave birth to you. Since then, you have changed our whole world.

You are a great gift from God. Such an amazing grace to be your warm nest for 38 weeks and to be your parents for as long as we live. Our prayer is that you will grow healthily, be a child of light, and glorify God with everything you do.

We love you, Son.

Monday, May 30, 2016

Perenungan Bulan Terakhir

30 Mei 2016

Enggak terasa kehamilan saya udah masuk minggu ke-37. Beberapa minggu lagi saya bisa bertemu langsung dengan sosok yang selama 9 bulan ini menyertai saya di manapun, menendang perut saya, dan membawa perubahan besar pada diri saya, fisik dan mental.

Banyak teman yang bilang hamil itu menyenangkan karena kamu merasa seperti ratu, semua keinginan dituruti, kemana-mana diantar, dan diberi perhatian lebih oleh keluarga. Hal itu enggak berlaku buat saya. Maksud saya, hamil itu sendiri sudah menyenangkan, di luar semua keuntungan tambahan yang didapatkan oleh ibu hamil.

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, menjadi seorang istri prajurit membutuhkan keikhlasan. Dalam masa kehamilan ini, agak sulit buat saya untuk melaksanakan pesan tersebut. Walaupun saya menyadari bahwa tugas suami lebih penting daripada keluarga, namun ada kalanya situasi membuat saya sulit untuk menelan fakta tersebut.

Dengan situasi tinggal seorang diri di rumah dinas, tidak jarang sayang merasa kesulitan menjalani kehamilan ini. Di satu pagi kaki saya keram dan tidak ada suami yang bisa membantu meluruskannya, di malam lainnya saya mengalami demam dan tidak ada suami yang bisa memberi saya obat dan mengompres dahi saya. Beberapa kali saya bercerita ke suami tentang semua keluh kesah saya, berharap ia dapat menyempatkan diri untuk menemui saya dan calon anaknya. Dan ketika harapan tersebut tidak terpenuhi, saya pun kecewa dan sedih.

Namun Tuhan masih begitu baik pada saya, Ia membuka mata saya dan menyadarkan saya betapa suami saya senantiasa berusaha meringankan beban saya dari kejauhan. Seminggu yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi suami saya di batalyon tempatnya bertugas. Saya melihat langsung tempat tinggalnya, tempat ia bekerja, makanan yang ia makan sehari-hari, dan orang-orang yang bergaul dengannya sehari-hari. Tempat tidur yang keras, makanan yang sederhana dan fasilitas seadanya, itulah yang ia dapatkan setiap hari. Tapi semua itu tidak pernah ia keluhkan, setiap kali kami berkomunikasi via telepon seluler. Saya tahu dan sadar, di luar kebersahajaannya sebagai seorang prajurit, ia tidak mau membuat saya khawatir. Betapa suami saya telah mengurangi beban saya dari kejauhan!

Terima kasih suamiku yang telah menjadi sistem pendukung terbaikku. Semoga kita bisa selalu saling menopang, mendorong, dan menjaga. God bless your kind heart.

Monday, April 4, 2016

Menjadi Istri Prajurit

Mungkin banyak orang bilang menjadi istri prajurit itu keren, tapi saya yakin enggak akan ada yang bilang menjadi istri prajurit itu gampang. Ketika saya memutuskan untuk menikah dengan seorang prajurit, ketika itu juga saya menyatakan ikhlas untuk menanggung semua risikonya.

Saya harus ikhlas ketika suami saya harus pergi bertugas ke luar kota (atau keluar negeri) selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Saya harus ikhlas ketika banyak momen penting dalam keluarga yang harus saya jalani sendiri; ulang tahun, ulang tahun pernikahan, bahkan... kelahiran anak.

Saya harus ikhlas ketika saya harus melakukan segala sesuatu sendiri; bekerja, mengurus rumah, bersosialisasi dengan keluarga besar, dan berorganisasi.

Saya harus ikhlas ketika saya harus menggantikan peran suami saya dalam keluarga; sebagai bapak, sebagai abang, sebagai anak, dan sebagai sahabat.

Menjadi istri prajurit adalah tantangan yang besar dan membutuhkan kerja keras. Dulu, tidak pernah terpikir oleh saya akan menjalani kehidupan sebagai istri prajurit yang menurut saya kaku dan penuh aturan. Tapi siapa sangka, saat ini saya justru menjadi bagian dari keluarga militer.

Walaupun berat, saya bersyukur dipertemukan dengan suami saya. Tuhan memang memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan, bukan inginkan. Saya bersyukur untuk pembelajaran yang saya dapatkan melalui kehidupan saya sebagai istri prajurit. Saya bersyukur untuk suami yang menerima kekurangan saya dan bahkan selalu mendorong saya untuk terus belajar. Dia tidak pernah memaksa saya untuk menjadi istri prajurit yang terbaik, namun penerimaannya itulah yang justru memotivasi saya untuk menjadi lebih baik lagi. Suami saya adalah anugerah Tuhan untuk saya! :)

Untuk para istri prajurit, para perempuan terpilih, semoga kita bisa terus mendampingi dan mendukung suami masing-masing dalam pengabdiannya. Semangat!

Wednesday, February 24, 2016

Baby Wishlist

Sesuai petunjuk aplikasi Babycenter di android saya, akhirnya memasuki bulan kelima saya mulai membuat baby registry. Apa tuh baby registry? Isinya semacam checklist barang-barang keperluan si bayi yang harus saya persiapkan. Excited? TOTALLY! Semua barang yang lucu-lucu rasanya pengen dibeli banget ga sih? Gemesh! 

Tapi ternyata membuat checklist yang sebenar-benarnya itu enggak gampang loh. Saya harus pintar-pintar memilah barang yang memang bakal dibutuhkan si bayi. Karena saya membuat checklist sambil browsing online shop khusus keperluan bayi (siapa yang tahan liat sepatu minyi-minyi dan slaber model tuxedo imut dan stroller sophisticated yang kayaknya bakal keren dibawa ke mall?), alhasil checklist berjalan maju mundur cantik. Oke, cara seperti ini enggak efektif. Huhuhu.... Akhirnya saya pun minta pencerahan dari para pendahulu, yaitu mama-mama Batak muda  yang sudah duluan melahirkan (member grup Pernikahan Adat Batak 2015-red) dan itu membantu bangat sis! Dalam 2 hari checklist selesai dan saya mulai mencari-cari sasaran kemana akan membeli semua barang-barang itu. 

Memang sih, belanjanya masih 2 bulan lagi, tapi enggak ada salahnya kita udah punya bayangan mau beli apa saja dan di mana karena hal ini berkaitan dengan budget. Yap, saya yakin semua setuju kalau biaya yang dibutuhkan untuk keperluan seorang bayi itu BESAR. Jadi ada baiknya kita merencanakannya sejak jauh-jauh hari, kan?

Nah, selain hasil belanja sendiri, seringkali ibu baru mendapatkan hadiah dari teman dekat dan keluarga. Ini dia yang saya suka! Hohoho... Walaupun blog ini enggak tenar-tenar banget dan sedikit yang baca, tapi semoga ada yang tergerak menyumbang keperluan si Abang. *mata berkaca-kaca*

So here goes my wishlist:
1. Stroller
Sesuai pesan para emak, beli stroller enggak usah yang mahal-mahal, karena begitu si bayi bisa berjalan, dia enggak akan betah lagi di stroller. Jadi sejauh ini naksirnya sama CocoLatte yang New Life. Walaupun dibilang tembakannya Aprica Karoon yang mahal itu, saya sih yakin kualitasnya juga enggak kalah, ditambah lagi bobotnya yang enteng banget. Pengennya sih antara warna hijau atau biru supaya agak boyish. Hehehe...

2. Baby Carrier/ Baby Sling
Naksir banget sama baby carrier merk Ergo Baby tipe 360, tapi kok harganya melebihi harga stroller ya? Hahaha syedih! Carrier kayaknya penting sih kalau lagi males bawa stroller atau si bayi ngamuk di stroller. Ada juga yang disebut sebagai baby sling, bedanya dengan carrier adalah cara memakainya. Kalau baby carrier dibawa seperti membawa tas ransel (2 bahu), baby sling dibawa dengan cara menyelempang (1 bahu). Yang mana saja sama bermanfaatnya, kok!

3. Diaper Bag
Syok banget pertama kali lihat harga diaper bag yang saya taksir yaitu merk Storksak, harganya di atas sejuta dong! Maafin Mama ya Nak, kalau segitu mending Mama beli tas cantik buat jalan-jalan. Hahaha... Akhirnya hati beralih ke Babymel. Dari penampakkan sih sesuai dengan yang saya mau, motifnya enggak kekanak-kanakkan dan kapasitasnya besar. Harganya juga lumayan jauh di bawah pilihan pertama saya.

4. Breast Pump
Semua working mama pasti punya breast pump. Ya dong, sesibuk apapun berkarir, anak harus tetap dapat nutrisi terbaik. Solusinya cuma satu: ASI Perah (ASIP). Nah, memerah ASI bisa manual (dengan tangan) atau menggunakan pompa. Ehm, kalau pakai tangan selain pegal tentu perlu waktu yang lebih lama, makanya pompa jadi pilihan utama. Berdasarkan hasil survey, banyak yang pakai pompa Medela electric Swing, tapi kok ya harganya kurang manusiawi, hiks! Akhirnya pilihan kedua jatuh ke Unimom Allegro yang juga mendapat review bagus dengan harga lebih bersahabat.

5. Sterilizer
Memang zaman sudah canggih yah, kalau dulu Mama saya mensterilkan botol dengan cara direbus, sekarang sudah ada alat khusus mensterilkan botol dan peralatan bayi. Saya enggak punya preference tertentu soal si sterilizer, karena memang botol bayi enggak perlu 100% steril kok. Sejauh ini ada beberapa merk sterilizer yang saya lihat; Philips, Tommee Tippee, dr. Brown's, Babysafe, Babymoov, dan sebagainya.

6. Bottle Warmer
Sama seperti sterilizer, bottle warmer adalah versi ringkas dari menghangatkan susu menggunakan air panas. Untuk yang satu ini sih saya enggak kepingin banget, tapi kalau ada yang berkenan memberi juga enggak akan ditolak. Hohoho... Merk bottle warmer kurang lebih sama dengan sterilizer.

7. Baby Bouncer
Baby bouncer itu tempat duduk untuk bayi, yang biasanya dilengkapi fitur getar, ayun, dan sebagainya. Fungsinya sih supaya bayi enggak harus digendong terus atau tiduran terus. Selain itu juga bisa membantu menenangkan bayi saat akan diberi makan atau berjemur di pagi hari. Nah, survey saya masih minim nih untuk alat satu ini, jadi merk apa saja boleh deh :)

8. Car Seat
Kata Bapak saya, di luar negeri, car seat itu wajib dimiliki oleh keluarga yang punya bayi atau balita. Car seat jelas menjaga keamanan bayi yang ikut berkendara, karena menghindari benturan dan cedera saat mobil berhenti mendadak atau tertabrak. Selain itu juga bayi tidak akan berjalan-jalan dan mengganggu pengemudi mobil. Saya naksir banget car seat merk Elle yang dijual di Bilna.com karena motif hewannya yang lucu-lucu. Hihihi...

9. Popok Sekali Pakai
Walau idealnya bayi itu menggunakan popok kain, tapi sepertinya sulit untuk menjadi ideal di saat kita harus bekerja dan mengasuh anak. Disposible pampers/ popok sekali pakai memang solusi praktis untuk mengurangi waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mencuci popok kain. Secara bayi baru lahir akan sering pipis, maka saya membutuhkan (sangat) banyak popok sekali pakai. Jangan ragu untuk memghadiahi saya popok ya! That will help me a lot! Untuk merk, sepenelitian saya merk Pampers masih yang paling bagus, tapi dikasih merk apapun pasti saya terima kok, asal size-nya yang new born yaa...

10. Prayers
Sebanyak-banyaknya saya berencana dan membuat wishlist, akan sia-sia kalau si bayi tidak baik-baik saja. Makanya, bagi saya yang terpenting adalah doa dari teman dan keluarga, agar janin dalam perut saya tumbuh sehat dan normal. Saya ingin sekali melahirkan secara normal, sama seperti ibu dan mertua saya. Doakan yaa teman-teman! Untuk para calon ibu yang juga sedang menanti kelahiran buah hati, saya doakan supaya sehat selalu, begitu pulan calon anaknya. Stay positive! :)

Oh, iya, untuk yang membutuhkan checklist silakan kasih email di comment ya :)

Good day good people!

Sunday, February 7, 2016

First Time Meeting dr. Bambang Karsono, SpOG(K)

Sejak satu hari setelah pernikahan saya, Mama saya sangat yakin saya bakal cepet hamil. Alasannya, satu hari setelah hari pernikahan saya, Mama saya mimpi mendapat kalung berlian. Dia yakin saya akan segera punya anak perempuan, karena mimpinya sama seperti ketika dia mengandung saya.
Akhirnya ketika saya benar-benar hamil, which is puji Tuhan beneran cepet, saya dan suami pun berharap diberi anak perempuan. Alasan pertama, feeling Mama saya itu kuat dan mimpinya seringkali jitu. Alasan kedua, karena suami tidak punya adik perempuan dan keponakan saya pun laki-laki semua. Jadilah kami berangan-angan bahwa si dedek akan berjenis kelamin perempuan dan bahkan menyiapkan nama untuknya.

Sejak awal mendapat testpack positif, saya kontrol kehamilan tiap bulan ke dokter spesialis obgyn yang praktek di tempat saya bekerja, yaitu dr. Novan S. Pamungkas, SpOG. Lumayanlah konsultasi dan USG 3D gratis. Hihihi... Tapi sayangnya saya tidak bisa melahirkan di tempat kerja karena ketiadaan ruang rawat inap. Mau enggak mau saya harus mencari rumah sakit untuk tempat melahirkan nanti. Begitu tahu dr. Novan praktek juga di Brawijaya Women and Children Hospital serta di RSAB Harapan Kita, pupuslah harapan saya karena kedua tempat itu jauh sekali dari rumah Mama saya.

Saya pun baru mulai serius hunting dokter ketika kehamilan saya mencapai usia 20 minggu. Sesuai saran sahabat saya yang bekerja di rumah sakit ibu dan anak, saya harus USG fetomaternal sama the legendary dr. Bambang Karsono, SpOG(K). Katanya dialah ahli USG 4D paling kondang se-Jakarta. Saking niatnya saya booking untuk USG sejak si dedek baru 12 minggu. Hohoho... Nah, kebetulannya lagi dr. Bambang prakteknya di YPK Mandiri, which is tempat saya dilahirkan dulu. Saya pikir-pikir, yoweslah, sekalian saya juga survey siapa tau potensial jadi tempat melahirkan.

Singkat cerita, akhirnya Jumat 5 Februari 2016 saya datang ke YPK Mandiri, Menteng, bersama suami dan Mama. Kesan pertama, parkiran susah. Yup, ternyata rumah sakit terkenal ini enggak sebesar yang saya kira, apalagi parkirannya. Banyak sekali mobil pasien dan pengunjung yang harus parkir di pinggir jalan sepanjang Jl. Theresia, Menteng. Saya cuma mikir kalau teman-teman mau jenguk nanti males juga ya, nyari parkirnya. Lanjut ketika masuk lobby, meja registrasi langsung berada di drpan pintu masuk. Saya langsung saja memberi tahu bahwa saya sudah bikin perjanjian dengan dr. Bambang, mbak registrasi pun langsung memberi kertas berisi nomor antrian. Saya dapat nomor 7.

Kami bertiga pun menunggu di depan ruang praktek dr. Bambang. Di sisi depan poliklinik terdapat nurse station, dan saya melihat beberapa bumil mengantri untul ditimbang dan diperiksa tekanan darahnya. Saya pun menghampiri perawat di nurse station untuk mengantri, namun perawat di nurse station memberi tahu saya: "Kalau pasien dr. Bambang enggak perlu dicek di sini, Bu" Hmh? Oh, OK. Mungkin nanti dicek sama perawat asisten dr. Bambang, pikir saya. Akhirnya saya bertemu dengan dr. Bambang jam 7 malam (janjinya jam 5.30). It's not a big deal, menurut saya. Sebagai sesama penyedia pelayanan medis, saya sangat mengerti kalau dokter obgyn sering terlambat hadir di poliklinik. Yaiyalah, mana ada proses persalinan yang bisa diatur harus selesai dalam sekian jam. Ya enggak?

Physically, sesuai hasil googling saya *grin*, dr. Bambang terlihat seperti ompung-ompung baik hati. Ga terlalu tinggi, ga terlalu gemuk, berambut putih, dan ketawanya khas seperti terkekeh gitu. Saya langsung diminta untuk berbaring di bed pasien dan beliau segera memeriksa kandungan saya. Ternyata enggak ada tuh ditimbang dan diukur tekanan darah oleh peraway pribadi dr. Bambang. Hmm, agak mengecewakan sih, tapi mungkin karena banyak bumil yang datang ke dr. Bambang memang hanya untuk USG fetomaternal saja dan bukan kontrol rutin, jadilah penilaian BB dan tekanan darah kurang bermakna.

Awalnya dr. Bambang menunjukkan janin saya secara keseluruhan, si dedek lagi menendang-nendang kakinya, wajahnya menempel ke plasenta. Okelah, sepertinya memang templatenya beliau untuk memulai USG dengan menonton si dedek show. Barulah kemudian dr. Bambang meneliti satu persatu bagian tubuh dedek. Dimulai dr bagain tubuh atas, tengah, dan bawah. Dari tubuh bagian atas, beliau memperlihatkan otak, lensa mata, hidung, mulut, telinga, dan bibir. Awalnya dedek masih mau memperlihatkan mukanya yang supermini, tapi ketika saya bilang: "wah, hidungnya besar!" entah kenapa dia langsung menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Kata dr. Bambang bayinya ngambek. Hahaha... Maaf ya dek!

Lanjut ke tubuh bagian tengah, dr. Bambang menunjukkan jantung, paru, lambung, dan yang pasti ditunggu-tunggu: jenis kelamin.

"Udah tau belum jenis kelaminnya?" beliau bertanya. Kami bertiga pun menggeleng.

"Mau tau apa enggak usah?"

Mama dengan cepat menyahut, "Ya, mau dong,Dok!"

Dokter pun langsung mengarahkan kursor ke selangkangan dedek, "Tuh, ada monasnya, itu skrotumnya."

Ho, laki-laki? Pertanyaan saya berikutnya, "Itu udah fixed laki-laki, Dok?"

Beliau hanya menggerakan probe USG, mencoba menunjukkan dengan lebih jelas si monas kepada saya, "Iya, nih. Laki-laki bayinya."

Ohh..oke deh. Halo, Bang!!! Hihihi...Saya, Mama, dan suami agak tercengang karena selama ini semua orang yang melihat saya yakin kalau anak saya perempuan. Tapi enggak masalah, laki-laki dan perempuan sama saja, yang penting sehat dan baik ya, Bang :)

Dr. Bambang juga menjelaskan bahwa plasenta letaknya baik, tidak menutupi jalan lahir, jadi kemungkinan melahirkan normal terbuka lebar. OKEH! Ketuban pun jernih dan jumlahnya cukup. Setelah puas melihat semua organ si dedek, saya pun berharap akan ada sesi tanya panjang lebar dengan dr. Bambang. Tapi ternyata saya hanya sempat bertanya sedikit. Saya agak khawatir tentang Hb saya yang mulai turun, yaitu 11 g/ dL. Dokter hanya berpesan untuk memeriksakan Hb lagi saat usia kehamilan masuk 7 bulan. 

Saya pun bertanya tentang metode persalinan dengan ILA. Dr. Bambang dengan tegas menjawab, "Udah, enggak usah macem-macem, yang normal aja. Lagipula ILA kan ada efek sampingnya, bisa sakit kepala kronik kamu." *langsung down* Okelah, emang niat hati mau melahirkan normal walaupun horor.

Selesai tanya jawab, saya diminta untuk membereskan administrasi sembari menunggu hasil USG. Saya agak kaget saat membayar biaya USG, karena harganya hanya separuh dari harga yang sebelumnya disebutkan oleh bagian registrasi saat saya pertama kali booking. Ketika perawat dr. Bambang memberikan hasil USG berupa foto dan CD, saya iseng bertanya kenapa harga USG-nya berubah. Si perawat tersenyum sembari menepuk lengan saya, "Kalau sama sejawat enggak kena biaya konsul. Dok." Otomatis saya langsung senyum lebar dari kuping ke kuping. Seorang dokter spesialis yang sudah tersohor dan senior ternyata masih ingat untuk tidak mengambil keuntungan dari sejawatnya...Huhuhu *terharu*. Akhirnya saya pulang ke rumah dengan Mama dan suami dengan pesan dari dr. Bambang untuk USG ulang 12 minggu lagi. Oke, Dok!

Sekian pengalaman saya bertemu dr. Bambang Karsono, SpOG(K), memang enggak lebay kalau dibilang dia ahli USG, karena memang dia memeriksa dengan sangat detail. Tapi untuk tempat melahirkan, tampaknya saya masih pikir-pikir dan harus hunting lagi. Ada rekomendasi? :D

Oiya, saya sempat memfoto estimasi biaya persalinan di YPK Mandiri per Desember 2015:

Sectio Caesarea
VVIP               : Rp 35.250.000,00
VIP                  : Rp 30.150.000,00
Kelas I Utama : Rp 27.550.000,00
Kelas I             : Rp 23.300.000,00
Kelas II            : Rp 19.700.000,00
Kelas III          : Rp 17.750.000,00

Partus Normal
VVIP               : Rp 22.200.000,00
VIP                  : Rp 18.600.000,00
Kelas I Utama : Rp 16.350.000,00
Kelas I             : Rp 13.950.000,00
Kelas II            : Rp 12.250.000,00
Kelas III          : Rp 10.650.000,00

NB: itu masih estimasi loh, jadi masih biasa bertambah kalau ada biaya obat-obatan lain dan sebagainya. Hope it helps!