Mungkin banyak orang bilang menjadi istri prajurit itu keren, tapi saya yakin enggak akan ada yang bilang menjadi istri prajurit itu gampang. Ketika saya memutuskan untuk menikah dengan seorang prajurit, ketika itu juga saya menyatakan ikhlas untuk menanggung semua risikonya.
Saya harus ikhlas ketika suami saya harus pergi bertugas ke luar kota (atau keluar negeri) selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Saya harus ikhlas ketika banyak momen penting dalam keluarga yang harus saya jalani sendiri; ulang tahun, ulang tahun pernikahan, bahkan... kelahiran anak.
Saya harus ikhlas ketika saya harus melakukan segala sesuatu sendiri; bekerja, mengurus rumah, bersosialisasi dengan keluarga besar, dan berorganisasi.
Saya harus ikhlas ketika saya harus menggantikan peran suami saya dalam keluarga; sebagai bapak, sebagai abang, sebagai anak, dan sebagai sahabat.
Menjadi istri prajurit adalah tantangan yang besar dan membutuhkan kerja keras. Dulu, tidak pernah terpikir oleh saya akan menjalani kehidupan sebagai istri prajurit yang menurut saya kaku dan penuh aturan. Tapi siapa sangka, saat ini saya justru menjadi bagian dari keluarga militer.
Walaupun berat, saya bersyukur dipertemukan dengan suami saya. Tuhan memang memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan, bukan inginkan. Saya bersyukur untuk pembelajaran yang saya dapatkan melalui kehidupan saya sebagai istri prajurit. Saya bersyukur untuk suami yang menerima kekurangan saya dan bahkan selalu mendorong saya untuk terus belajar. Dia tidak pernah memaksa saya untuk menjadi istri prajurit yang terbaik, namun penerimaannya itulah yang justru memotivasi saya untuk menjadi lebih baik lagi. Suami saya adalah anugerah Tuhan untuk saya! :)
Untuk para istri prajurit, para perempuan terpilih, semoga kita bisa terus mendampingi dan mendukung suami masing-masing dalam pengabdiannya. Semangat!