Monday, February 23, 2015

Acara Adat Batak: Marhori-Hori Dinding

Pernikahan adalah salah satu acara (ulaon dalam bahasa Batak) terbesar dalam adat Batak. Lain halnya dengan tata cara pernikahan ala orang Barat yang sederhana namun tetap berkesan, pernikahan adat Batak bisa dibilang rumit atau "njelimet". Sebelum sepasang pengantin mengikrarkan janji untuk terus bersama sampai maut memisahkan, ternyata banyak juga rangkaian acara yang harus dijalani oleh kedua calon pegantin.

Tata cara pernikahan adat Batak tidak banyak menarik perhatianku sampai akhirnya aku sendiri yang harus menjalaninya. Ternyata banyak tahap yang harus kami jalani sebelum pemberkatan di gereja. Inilah tahap-tahap pernikahan adat Batak yang akan kami jalani:
1. Mangarisika/ Perkenalan
2. Marhori-Hori Dinding
3. Marhusip dohot Marhata Sinamot
4. Martumpol
5. Martonggo Raja dohot Marria Raja
6. Pamasu-masuon
7. Pesta Unjuk/ Pesta Adat

Banyak ya? Percaya atau tidak, tahap-tahap di atas adalah simplifikasi dari tata cara pernikahan adat Batak pada masa lampau!

Singkat cerita, hari Sabtu yang lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2015, bertempat di kediaman orang tuaku di Bogor, aku dan abang telah melalui tahap marhori-hori dinding. Tanggal tersebut memang sudah ditentukan sejak acara perkenalan orang tua beberapa bulan yang lalu. Dalam acara ini keluarga dekat dari pihak laki-laki dan perempuan saling berkenalan dan membicarakan beberapa hal, seperti tanggal marhusip, tanggal martumpol dan martonggo raja/ marria raja, tanggal pamasu-masuon dan pesta unjuk, tanggal resepsi, besaran sinamot, dan pemegang pesta (paranak/ parboru).

Puji Tuhan acara berjalan lancar. Acara dihadiri oleh sekitar 40 orang dari keluargaku dan abang. Makan siang disiapkan sendiri oleh ibuku, dibantu olehku dan beberapa saudara perempuan. Makanannya sangat memuaskan dan semua tamu memuji masakan ibuku.

Seusai acara marhori-hori dinding, ada acara tambahan, yaitu acara perayaan ulang tahun abang kandungku, abang, ayah dari abang, dan ayahku. Sebuah kebetulan yang menyenangkan bukan, mereka berempat berulang tahun di bulan Februari. Mereka pun meniup lilin bersama-sama dan kami semua berdoa untuk mereka. Acara pun selesai sekitar pukul 5 sore. 

Tidak terasa kami sudah melalui tahap marhori-hori dinding. Ada rasa lega dan bersyukur karena Tuhan masih menyertai kami hingga sejauh ini, namun juga sedikit cemas karena waktu semakin tipis, sementara begitu banyak hal yang harus dipersiapkan, terutama untuk kehidupan setelah pesta pernikahan. Ya, semua kekhawatiran hanya bisa kutumpahkan dalam doa. Percaya Dia yang mampukan kami :)


No comments:

Post a Comment