Wednesday, October 7, 2015

Acara Adat Batak III: Partumpolon dan Martonggo/ Maria Raja

Ola! Mrs. Hutajulu's here! 😂

Yayaya.. akhirnya saya menikah!
How does it feel? Orang tua pasti akan bilang, bulan pertama pasti terasa indah kan? Hehehe.. Ya, bener sih. Tapi rasanya "baru" lebih tepat menggambarkannya. Saya merasa "baru".

Well, let's keep it as secret now, karena bukan itu topik postingan saya kali ini. Saya mau berbagi tentang pengalaman saya menjalani proses "Partumpolon/ Ikat Janji Pernikahan" dan Martonggo Raja. Nia, kenapa baru sekarang posting soal Martumpol? Basi kali! Hehehe.. Mungkin ada yang berpikir seperti itu ya? Yah, saya baru punya kesempatan sekarang dan saya ingin mengabadikan momentum ini untuk orang-orang yang akan membacanya kelak; para calon pengantin, peminat budaya Batak, dan calon-calon anak saya... 😊

Sebenarnya, tidak semua orang menjalani proses ini. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan oleh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sebagai upaya untuk meneliti kesiapan hati calon pengantin dan menyelidiki adanya hal-hal yang mungkin menghalangi proses pernikahan. Memang telah terjadi pergeseran dari makna Partumpolon itu sendiri. Dahulu, Partumpolon diadakan secara sederhana, hanya dihadiri oleh calon pengantin, orang tua calon pengantin, penatua, dan pendeta. Namun, saat ini Partumpolon diadakan sebagai acara akbar dan melibatkan banyak orang.

Hal yang sama terjadi pada Acara Partumpolon saya. Acara sakral itu berlangsung pada tanggal 8 Agustus 2015 di Gereja HKBP Immanuel Kelapa Gading. Begitu banyak orang yang hadir, hingga memenuhi lantai 1 dan lantai 2 gereja. Aku mengambil tema nuansa "mint green". Mulai dari kebaya saya, cat kuku saya, kemeja abang, hingga sampul buku acara, semua bernuansakan warna "mint green".

Jujur saja, saya merasa lebih tegang saat Acara Partumpolon. Entah kenapa, jantung saya berdegup kencang saat prosesi masuk gereja hendak dimulai. Rasanya kaki saya lemas dan perut saya terkocok saat saya melangkah masuk ke dalam gereja bersama abang. Mungkin karena pandangan para teman dan keluarga yang memandangi kami berdua, mungkin juga karena saya harus menggunakan sendal tinggi yang tidak pernah saya pakai. Hahaha...

Singkat kata, karena kebaikan Tuhan, Acara Partumpolon berjalan lancar. Sempat terjadi mati lampu di awal acara selama kurang lebih 3 menit, tapi puji Tuhan semua teratasi dengan baik. Pada inti Acara Partumpolon, saya dan abang menyatakan kesungguhan hati kami untuk membangun pernikahan Kristen, kami juga menyatakan bahwa kami tidak terlibat hubungan perkawinan dengan siapapun, dan menyatakan kasih kami satu sama lain dalam bentuk tukar cincin.  Saya ingat cincin abang mendadak terlalu kecil sehingga dia membantu saya untuk memasangkan cincin bertuliskan "NIA" itu di jarinya. Hihihi...

Seusai Partumpolon, acara dilanjutkan dengan makan sore bersama kemudian Martonggo Raja. Martonggo Raja adalah istilah untuk pihak yang marhobas di Pesta Unjuk/ Ulaon Na Gok karena semenjak Marhori-Hori Dinding sudah disepakati bahwa Pesta Untuk ini menganut Alap Jual (pesta diadakan oleh keluarga pengantin perempuan). Sementara itu, pihak pengantin laki-laki (yang tidak mengadakan pesta) mengadakan acara Maria Raja. Untuk efektivitas, acara Martonggo Raja dan Maria Raja dilaksanakan di Ruang Serbaguna Gereja HKBP Immanuel Kelapa Gading.

Inti dari acara Martonggo Raja dan Maria Raja adalah koordinasi akhir dalam keluarga. Dalam acara itu Raja Parhata menjelaskan runtutan acara Pesta Unjuk agar keluarga mengetahui di mana mengambil peran. Memang pesta pernikahan Batak adalah benar-benar acara keluarga. Semua saudara pasti terlibat ambil bagian dalam Pesta Unjuk. Saya sendiri tidak banyak terlibat dalam perbincangan ini, karena lebih banyak berfoto bersama abang dengan fotografer Mas Micko dari Mitra Photo.

Pengalaman saya, rasa stress, tegang, dan sensitif lebih banyak berkurang setelah Acara Partumpolon. Saya lebih tenang menghadapi pernikahan, dan merasa yakin bahwa abang adalah pria terbaik untuk menjadi partner saya mengarungi biduk rumah tangga. Untuk para calon pengantin yang masih mempersiapkan diri menghadapi Partumpolon, jangan lupa untuk berdoa ya. Berdoalah yang sungguh-sungguh, minta Tuhan campur tangan dalam acaramu. Selain itu jaga kesehatan dengan makan seimbang, istirahat cukup, dan minum air putih yang banyak. Untuk hari H, bawa barang seperlunya saja, seperti uang persembahan, tissue, lipstik, dan emergency things seperti lem kuku (bagi yang menggunakan kuku palsu), plester, dan obat sakit kepala.

Vendors:
Dekor: Toko Bunga Cikini, Cikini
Cincin: Toko Mahkota, Cikini
Kotak cincin: Iris Seserahan, Malang (@irisseserahan)
Buku acara: Family Printing, Rawamangun
Fotografer: Mas Micko (@mitraphoto)