Thursday, December 31, 2015

Christmas 2015

Setelah drama tanggal 24 Desember berakhir dan saya sudah mengisi ulang tenaga di malam harinya, tibalah Hari Natal yang ditunggu-tunggu! Hohoho... Natal pertama saya sebagai istri, menantu, dan kakak ipar! *yeay*

Saya bersama keluarga Hutajulu mengikuti ibadah Natal di HKBP Cimahi jam 11 pagi. Nanggung banget yah pas sebentar lagi jam makan siang. Huhuhu... Untuk antisipasi kelaparan di tengah ibadah, saya sudah membawa beberapa kue kering dan susu kotak.

Kostum Natal tahun ini tidak ada yang istimewa. Semenjak menikah memang suami memberi mandat bahwa kostum kami harus senada setiap ke gereja, sama seperti kedua mertua saya. Oh, okay kayaknya batik gampang disesuaikan, angan saya.
Pinkish in-Laws + Reddish Us + Yellow Bro in Law
Sempet-sempetnya foto sama Pendeta!

Ternyata seminggu sebelum Natal, suami mendapat hadiah Natal kemeja merah dari mama saya (jangan tanya saya dapat atau nggak. Hiks!). Akhirnya saya pun membawa gaun merah lama saya untuk menyesuaikan warna kemeja suami.

Sepulang dari ibadah, kami makan siang bersama di rumah mertua, mengobrol, lalu tidur siang. Sorenya suami mengajak saya berkunjung ke rumah komandannya di Gumil. Kebetulan komandan suami juga seorang Nasrani, maka berangkatlah kami ke rumah beliau untuk ber-Natal bersama.

Saya agak heboh sebelum berangkat ke rumah komandan suami, khawatir kesan pertama saya jelek di mata komandan (apalagi bu komandan. Glek!). Rok saya kependekkan nggak? Serius enggak apa-apa digerai rambutnya? Dan seterusnya saya meracau di jalan menuju rumah komandan suami. Ehh... Puji Tuhan ternyata komandan suami beserta istri sangat santai. Mereka sangat menyenangkan dan suka bercanda. Sebelum kami, sudah ada beberapa senior abang yang juga datang untuk mengucapkan selamat Natal. Akhirnya kami makan-minum dan mengobrol sampai jam 9 malam. Kami pun pamit pulang karena besok pagi harus berangkat pagi-pagi sekali ke Jakarta. My best friend is getting married! Wohoo...
Ber-Natal bersama rekan kerja suami :)

To make it short, it's not bad at all to celebrate Christmas with the in-laws. Justru Natal kali ini terasa berbeda karena saya bisa mengenal keluarga dan rekan-rekan kerja suami lebih jauh. Hehehe. After all, Christmas is not about the festivities, right? It is about caring and sharing with the closest persons in your life.

Merry Christmas all! God bless you!

Wednesday, December 30, 2015

Drama 24 Desember 2015

Dilema setelah menikah, terutama bagi sepasang suami istri Batak adalah: Natalan di mana?

Sedari lama suami saya sudah memberitahukan orang tua saya bahwa kami akan ber-Natal di Cimahi (rumah mertua). Orang tua saya pun setuju, karena sehari-harinya saya dan suami masih tinggal di rumah orang tua saya, maka ada baiknya waktu liburan dihabiskan di rumah mertua. Saya pun langsung mengiyakan. Memang kangen juga sih sama mertua.

Dua minggu sebelum Natal, suami mulai mencari tiket kereta ke Cimahi. Guess what? Habis dong tiketnya. Ternyata Natal tahun 2015 jatuh di hari Jumat, dan malam Natal tanggal 24 Desember yang biasanya bukan tanggal merah ternyata bertepatan dengan Hari Maulid Nabi sehingga dimerahkan juga. Bandung, Puncak, dan sekitarnya sudah pasti jadi sasaran empuk bagi warga Jakarta di long weekend. Huft!

Akhirnya suami saya berinisiatif membeli tiket travel di dekat rumah karena kami memang tidak berencana membawa kendaraan pribadi. Jadilah kami mendapat 2 tiket travel tanggal 24 Desember 2015 jam 6 pagi. Okay, sejauh ini tidak ada prasangka buruk. Hahaha... Semacet-macetnya paling jam 1 siang juga sampai, pikir saya.

Tibalah harinya saya berangkat ke Cimahi bersama suami. Saya sempat drama dengan meneteskan air mata karena tidak bisa merayakan natal bersama orang tua saya. Mama saya yang mengantarkan saya dan suami ke pool travel pun tampak berkaca-kaca. Hiks... Kalau dipikir-pikir memang drama sih, padahal 2 hari lagi juga saya sudah pulang lagi ke rumah orang tua. Hehe...

Berangkatlah kami ke Cimahi jam 6 pagi dari pool XTrans di Pulomas. Perasaan cukup lega ketika kami masuk tol Cempaka Putih dan tolnya terlihat lowong. Fiuh, ternyata jalanan lancar. Tetot! Dua puluh menit kemudian, ternyata jalan tol tersendat parah. Supir travel berinisiatif mengambil jalan keluar ke arah Cawang. Dan ternyata hasilnya sama saja. Semua jalan stuck! Supir travel pun memutar otak dan memutuskan untuk mengambil jalan biasa melewati Bekasi. Dan luar biasa, jalanan Bekasi pun macet luar biasa pemirsa!

Kami pun berhasil masuk tol Bekasi Timur pada pukul 12 siang. Saya sudah sangat pegal dan terlebih lagi lapar! Tol yang sangat macet dan cuaca yang tidak bersahabat (panas banget!) sukses membuat saya cranky. Bye-bye suasana mellow berpisah dari orang tua, sekarang yang saya pikirkan hanya ingin cepat sampai di Cimahi. Di km 30-an (jam 1 siang) akhirnya penumpang lain yang adalah sepasang turis muda dari Jepang meraung ingin ke toilet. Kasihan sekali mereka, pikir saya, pasti mereka trauma datang ke Indonesia lagi. Huhuhu...*puk-puk turis Jepang. Kami pun melipir di rest area km 38.

Dari sekian rest area yang ada, entah kenapa kami harus berhenti di rest area km 38. Rest area sangat buruk, toiletnya sangat kotor, meja makannya sedikit (dibanding pengunjung yang segambreng), dan makanannya pun tidak higienis karena dijajakan di gerobak terbuka. Antrian ke toilet sangat panjang membuat saya mengurungkan niat untuk buang air kecil. Saya lebih butuh makan dan minum. Karena pilihan makanan yang sedikit karena sudah diborong oleh pengunjung-pengunjung sebelumnya, saya dan suami hanya makan lontong sayur dan minum teh botol. Memang aji mumpung pengunjung tidak punya pilihan, para penjaja makanan pun mendongkrak harga makanan dan minuman. Rasanya saya ingin sekali marah-marah ke mereka, tapi energi saya sudah terkuras di jalan.

Kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Ajaib, di km 40-an jalanan mulai lancar, lancar sekali bahkan! *tangis terharu. Muka supir yang tadinya tegang pun perlahan melemas, semangat Pak! Di rest area km 70-an supir kembali melipir karena kali ini dia yang kelaparan. Waktu menunjukkan jam 2 siang. Dengan senang hati saya turun ke rest area karena rest area kali ini lebih descent dari yang sebelumnya. Setelah buang air kecil dan beli minuman dingin, kami pun berangkat lagi. Jalanan masih sama lancarnya, bahkan hingga menjelang tol Pasteur, jalanan sangat lengang. Kami pun di drop di Giant Hypermart dan dijemput oleh adik suami untuk pulang ke Cimahi. It was 4.30 pm in the afternoon. Yak, dengan demikian tepat 10,5 jam saja waktu yang kami habiskan dari Jakarta ke Bandung! TEPAR!

Wednesday, December 23, 2015

Hari Lajang Terakhir dan Kak Sofia

Yayaya... Hampir empat bulan sudah berlalu dari pernikahan saya dan saya baru menulis ceritanya hari ini! Hahahaha procrastinator sejati!
Satu hari sebelum pernikahan saya, saya putuskan untuk mengambil cuti untuk menenangkan diri di rumah. Saya menonton TV, masker muka, scrubbing, suntik vitamin B kompleks dan memasang cat kuku. Untuk pilihan warna cat kuku, saya memilih warna merah dengan aksen french manicure warna emas. Sederhana. Saya pun memilih menggunakan kuku sendiri karena takut kuku saya tiba-tiba lepas saat menyalami orang banyak.
Findry sang tukang kuku (@paintitnails) tiba di rumah jam 7 malam, di mana saya dan mama udah cranky berat karena kami mau tidur cantik (akhirnya enggak tidur juga, sih...) Kuku mama langsung dikerjain dalam waktu 1 jam, sementara kuku saya dikerjakan dalam 1,5 jam. Alhasil kami baru masuk kamar masing-masing jam 9.30 malam. Sang pandongani, aka Lia, sahabat saya sejak sekolah minggu, sudah stand by di rumah sejak jam 6 sore. Ya, saya sudah mewanti-wanti dari jauh hari, Lia harus tidur sama saya semalam sebelum hari pernikahan.
Di kamar, bukannya langsung tidur, saya malah ngobrol kesana kemari dengan Lia. Sambil menyusun pakaian untuk dibawa sepulang pesta (iya, saya enggka pulang ke rumah lagi setelah pesta...hiks) dan untuk bulan madu. Ohlala...segala macam lingerie kami bahas...hahaha... lalu setelah itu kami tidur. NAAAH! Selesai packing instead of tidur saya malah memasangkan cat kuku untuk Lia. Iya, baru dengar kan, pengantin yang memasangkan cat kuku untuk Pandongani?
Alhasil segala kerecokan kami diakhiri pukul 00.30 pagi, kami berdua tidur lelap sampai... Jam 3 pagi saya dibangunkan oleh mbak di rumah! Sambil mengetuk pintu dia berseru, "Non, periasnya sudah sampai." Huaooo...tiba juga harinya, 28 Agustus 2015!!!
Harapan saya dulu bisa bangun dengan cantik, berdoa, lalu melenggang manis ke kamar mandi sebelum disulap jadi barbie. Realitas: bangun-bangun perut mules, langsung mandi ala kadarnya, dan lari-lari ke kamar mama, karena di sanalah saya akan dirias oleh Kak Sofia. Kak Sofia ternyata tiba lebih cepat dari perjanjian, yang dibilang akan datang jam 3.30. Akhirnya jam 3.15 saya mulai disulap oleh Kak Sofia. Mama dan mertua saya pun ternyata sudah berangkat ke Salon Okta di pulomas untuk dirias. Mama memang dari awal tidak mau didandani oleh Kak Sofia karena dia belum pernah mencoba, tapi percayalah setelah melihat hasil riasan saya diapun mengakui kemampuan Kak Sofia.
Setelah dirias dan disanggul selama 1,5 jam Kak Sofia mengatakan harus ganti pasien dulu. Triknya adalah dia harus mendandani orang lain dulu sebelum merias saya lagi. "Supaya tahu di mana yang kurang," katanya. Alhasil saya rehat sejenak sambil mengisi perut dengan teh manis. Setelah mematut diri di kaca, jantung saya baru mulai berdegup cepat. SAYA AKAN MENIKAH!
Make up Kak Sofia untuk hari pernikahan saya berbeda jauh dengan make up saat Martumpol. Kalau orang-orang bilang make up Martumpol terlalu soft, maka kali ini kak Sofia lebih berani untuk "mengelir" muka saya. Riasan mata, blush on, dan warna lipstik yang dipakai lebih bold. Tatanan rambut untuk pemberkatan sesuai dengan permintaan saya, yaitu dengan belahan menyamping untuk menyesuaikan bentuk wajah saya yang memanjang. Bunga mawar di rambut juga sesuai permintaan, yaitu mawar putih. Saya suka sekali dengan hasil make up pada saat pemberkatan.
Setelah Ibadah Pemberkatan selesai pukul 11.00 kami langsung bergegas menuju Gedung Mulia & Raja untuk acara Pesta Unjuk. Saya takut terlambat untuk datang, karena hari itu dan adalah hari Jumat dan jalanan Jakarta di hari Jumat seringkali tidak manusiawi. Untungnya ada seorang bapak PM yang mengiringi mobil pengantin dengan motor besar yang berbunyi tetotetot (voorijder kalo kata orang bule). Hehehe..
Setibanya di gedung, tepatnya pukul 11.30, ternyata Kak Sofia sudah menanti saya di ruang pengantin. Syukurlah, saya tidak harus menunggu untuk di touch up. Saya langsung duduk di depan kaca dandan dan Kak Sofia tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendandani saya.
Untuk hair do dan make up saat Pesta Unjuk, saya sudah mengingatkan Kak Sofia sebelumnya bahwa saya ingin poni saya ditarik ke belakang semua karena saya akan menggunakan sortali. Bunga mawar di rambut pun diganti menjadi warna merah, dan ditambahkan dengan sepasang roncean melati, satu panjang sampai dada, satunya pendek sebahu. Saya pun meminta Kak Sofia untuk mengganti warna lipstik saya menjadi warna merah supaya lebih cerah. Awalnya sih saya kurang pede dengan warna merah ini karena takut bibir saya terlalu dominan dibanding seluruh wajah, tapi dengan kelihaian Kak Sofia... Jreng! Entah kenapa bentuk bibir saya jadi bagus dan warnanya pun bagus! Hihihi... Senang dan puas!
Akhirnya jam 12.00 kami pun dipanggil oleh panitia untuk memasukki gedung. Saya berterima kasih banyak sama Kak Sofia karena berkat riasannya, saya makin percaya diri untuk melangkah masuk ke gedung.
Untuk ketahanan make up, Kak Sofia enggak perlu diragukan lagi. Dia udah pakem banget sama pesta batak yang pastinya seharian (sigh...). Jadi riasan saya tetep on sampai malam hari (pesta selesai jam 20.00) bahkan sampai acara manjalo parumaen di hotel (jam 22.00). Paling banter hidung saya saja yang agak mengkilat karena minyak, tapi itu pun sangat dimaklumi karena tipe wajah saya yang berminyak.
To make it short, menurut saya inilah kelebihan Kak Sofia sebagai seorang make up artist:
1. Profesional. Seminggu sebelum hari H, Kak Sofia mengajak saya untuk ketemu dan membahas rencana make up saya untuk hari H. She really wrote all the details on her notebook! Dia datang tepat waktu ke rumah dan ke gedung, bahkan lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Hasil make up pun sesuai dengan permintaan saya.
2. Harga bersaing. Ini sih sebenarnya alasan kuat saya untuk mempercayakan riasan hari H kepada kak Sofia. Dengan harga yang sangat terjangkau, semua pengantin bisa disulap jadi manglingi. Bagi saya pribadi, make up yang bagus tidak harus selangit harganya, dan Kak Sofia proved it!
3. Kepribadiannya menyenangkan! Walaupun suka lama bales whatsapp dan kalau bales sepitik-sepitik, tapi ternyata Kak Sofia sangat ramah dalam kehidupan nyata. Hehehe... Dia mengajak saya ngobrol terus selama dirias untuk mengurangi rasa grogi, dan juga memberi pujian supaya saya percaya diri. Pokoknya keibuan deh. Hehehe...
Me with the make up artist...cucok kan?