Wednesday, February 24, 2016

Baby Wishlist

Sesuai petunjuk aplikasi Babycenter di android saya, akhirnya memasuki bulan kelima saya mulai membuat baby registry. Apa tuh baby registry? Isinya semacam checklist barang-barang keperluan si bayi yang harus saya persiapkan. Excited? TOTALLY! Semua barang yang lucu-lucu rasanya pengen dibeli banget ga sih? Gemesh! 

Tapi ternyata membuat checklist yang sebenar-benarnya itu enggak gampang loh. Saya harus pintar-pintar memilah barang yang memang bakal dibutuhkan si bayi. Karena saya membuat checklist sambil browsing online shop khusus keperluan bayi (siapa yang tahan liat sepatu minyi-minyi dan slaber model tuxedo imut dan stroller sophisticated yang kayaknya bakal keren dibawa ke mall?), alhasil checklist berjalan maju mundur cantik. Oke, cara seperti ini enggak efektif. Huhuhu.... Akhirnya saya pun minta pencerahan dari para pendahulu, yaitu mama-mama Batak muda  yang sudah duluan melahirkan (member grup Pernikahan Adat Batak 2015-red) dan itu membantu bangat sis! Dalam 2 hari checklist selesai dan saya mulai mencari-cari sasaran kemana akan membeli semua barang-barang itu. 

Memang sih, belanjanya masih 2 bulan lagi, tapi enggak ada salahnya kita udah punya bayangan mau beli apa saja dan di mana karena hal ini berkaitan dengan budget. Yap, saya yakin semua setuju kalau biaya yang dibutuhkan untuk keperluan seorang bayi itu BESAR. Jadi ada baiknya kita merencanakannya sejak jauh-jauh hari, kan?

Nah, selain hasil belanja sendiri, seringkali ibu baru mendapatkan hadiah dari teman dekat dan keluarga. Ini dia yang saya suka! Hohoho... Walaupun blog ini enggak tenar-tenar banget dan sedikit yang baca, tapi semoga ada yang tergerak menyumbang keperluan si Abang. *mata berkaca-kaca*

So here goes my wishlist:
1. Stroller
Sesuai pesan para emak, beli stroller enggak usah yang mahal-mahal, karena begitu si bayi bisa berjalan, dia enggak akan betah lagi di stroller. Jadi sejauh ini naksirnya sama CocoLatte yang New Life. Walaupun dibilang tembakannya Aprica Karoon yang mahal itu, saya sih yakin kualitasnya juga enggak kalah, ditambah lagi bobotnya yang enteng banget. Pengennya sih antara warna hijau atau biru supaya agak boyish. Hehehe...

2. Baby Carrier/ Baby Sling
Naksir banget sama baby carrier merk Ergo Baby tipe 360, tapi kok harganya melebihi harga stroller ya? Hahaha syedih! Carrier kayaknya penting sih kalau lagi males bawa stroller atau si bayi ngamuk di stroller. Ada juga yang disebut sebagai baby sling, bedanya dengan carrier adalah cara memakainya. Kalau baby carrier dibawa seperti membawa tas ransel (2 bahu), baby sling dibawa dengan cara menyelempang (1 bahu). Yang mana saja sama bermanfaatnya, kok!

3. Diaper Bag
Syok banget pertama kali lihat harga diaper bag yang saya taksir yaitu merk Storksak, harganya di atas sejuta dong! Maafin Mama ya Nak, kalau segitu mending Mama beli tas cantik buat jalan-jalan. Hahaha... Akhirnya hati beralih ke Babymel. Dari penampakkan sih sesuai dengan yang saya mau, motifnya enggak kekanak-kanakkan dan kapasitasnya besar. Harganya juga lumayan jauh di bawah pilihan pertama saya.

4. Breast Pump
Semua working mama pasti punya breast pump. Ya dong, sesibuk apapun berkarir, anak harus tetap dapat nutrisi terbaik. Solusinya cuma satu: ASI Perah (ASIP). Nah, memerah ASI bisa manual (dengan tangan) atau menggunakan pompa. Ehm, kalau pakai tangan selain pegal tentu perlu waktu yang lebih lama, makanya pompa jadi pilihan utama. Berdasarkan hasil survey, banyak yang pakai pompa Medela electric Swing, tapi kok ya harganya kurang manusiawi, hiks! Akhirnya pilihan kedua jatuh ke Unimom Allegro yang juga mendapat review bagus dengan harga lebih bersahabat.

5. Sterilizer
Memang zaman sudah canggih yah, kalau dulu Mama saya mensterilkan botol dengan cara direbus, sekarang sudah ada alat khusus mensterilkan botol dan peralatan bayi. Saya enggak punya preference tertentu soal si sterilizer, karena memang botol bayi enggak perlu 100% steril kok. Sejauh ini ada beberapa merk sterilizer yang saya lihat; Philips, Tommee Tippee, dr. Brown's, Babysafe, Babymoov, dan sebagainya.

6. Bottle Warmer
Sama seperti sterilizer, bottle warmer adalah versi ringkas dari menghangatkan susu menggunakan air panas. Untuk yang satu ini sih saya enggak kepingin banget, tapi kalau ada yang berkenan memberi juga enggak akan ditolak. Hohoho... Merk bottle warmer kurang lebih sama dengan sterilizer.

7. Baby Bouncer
Baby bouncer itu tempat duduk untuk bayi, yang biasanya dilengkapi fitur getar, ayun, dan sebagainya. Fungsinya sih supaya bayi enggak harus digendong terus atau tiduran terus. Selain itu juga bisa membantu menenangkan bayi saat akan diberi makan atau berjemur di pagi hari. Nah, survey saya masih minim nih untuk alat satu ini, jadi merk apa saja boleh deh :)

8. Car Seat
Kata Bapak saya, di luar negeri, car seat itu wajib dimiliki oleh keluarga yang punya bayi atau balita. Car seat jelas menjaga keamanan bayi yang ikut berkendara, karena menghindari benturan dan cedera saat mobil berhenti mendadak atau tertabrak. Selain itu juga bayi tidak akan berjalan-jalan dan mengganggu pengemudi mobil. Saya naksir banget car seat merk Elle yang dijual di Bilna.com karena motif hewannya yang lucu-lucu. Hihihi...

9. Popok Sekali Pakai
Walau idealnya bayi itu menggunakan popok kain, tapi sepertinya sulit untuk menjadi ideal di saat kita harus bekerja dan mengasuh anak. Disposible pampers/ popok sekali pakai memang solusi praktis untuk mengurangi waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mencuci popok kain. Secara bayi baru lahir akan sering pipis, maka saya membutuhkan (sangat) banyak popok sekali pakai. Jangan ragu untuk memghadiahi saya popok ya! That will help me a lot! Untuk merk, sepenelitian saya merk Pampers masih yang paling bagus, tapi dikasih merk apapun pasti saya terima kok, asal size-nya yang new born yaa...

10. Prayers
Sebanyak-banyaknya saya berencana dan membuat wishlist, akan sia-sia kalau si bayi tidak baik-baik saja. Makanya, bagi saya yang terpenting adalah doa dari teman dan keluarga, agar janin dalam perut saya tumbuh sehat dan normal. Saya ingin sekali melahirkan secara normal, sama seperti ibu dan mertua saya. Doakan yaa teman-teman! Untuk para calon ibu yang juga sedang menanti kelahiran buah hati, saya doakan supaya sehat selalu, begitu pulan calon anaknya. Stay positive! :)

Oh, iya, untuk yang membutuhkan checklist silakan kasih email di comment ya :)

Good day good people!

Sunday, February 7, 2016

First Time Meeting dr. Bambang Karsono, SpOG(K)

Sejak satu hari setelah pernikahan saya, Mama saya sangat yakin saya bakal cepet hamil. Alasannya, satu hari setelah hari pernikahan saya, Mama saya mimpi mendapat kalung berlian. Dia yakin saya akan segera punya anak perempuan, karena mimpinya sama seperti ketika dia mengandung saya.
Akhirnya ketika saya benar-benar hamil, which is puji Tuhan beneran cepet, saya dan suami pun berharap diberi anak perempuan. Alasan pertama, feeling Mama saya itu kuat dan mimpinya seringkali jitu. Alasan kedua, karena suami tidak punya adik perempuan dan keponakan saya pun laki-laki semua. Jadilah kami berangan-angan bahwa si dedek akan berjenis kelamin perempuan dan bahkan menyiapkan nama untuknya.

Sejak awal mendapat testpack positif, saya kontrol kehamilan tiap bulan ke dokter spesialis obgyn yang praktek di tempat saya bekerja, yaitu dr. Novan S. Pamungkas, SpOG. Lumayanlah konsultasi dan USG 3D gratis. Hihihi... Tapi sayangnya saya tidak bisa melahirkan di tempat kerja karena ketiadaan ruang rawat inap. Mau enggak mau saya harus mencari rumah sakit untuk tempat melahirkan nanti. Begitu tahu dr. Novan praktek juga di Brawijaya Women and Children Hospital serta di RSAB Harapan Kita, pupuslah harapan saya karena kedua tempat itu jauh sekali dari rumah Mama saya.

Saya pun baru mulai serius hunting dokter ketika kehamilan saya mencapai usia 20 minggu. Sesuai saran sahabat saya yang bekerja di rumah sakit ibu dan anak, saya harus USG fetomaternal sama the legendary dr. Bambang Karsono, SpOG(K). Katanya dialah ahli USG 4D paling kondang se-Jakarta. Saking niatnya saya booking untuk USG sejak si dedek baru 12 minggu. Hohoho... Nah, kebetulannya lagi dr. Bambang prakteknya di YPK Mandiri, which is tempat saya dilahirkan dulu. Saya pikir-pikir, yoweslah, sekalian saya juga survey siapa tau potensial jadi tempat melahirkan.

Singkat cerita, akhirnya Jumat 5 Februari 2016 saya datang ke YPK Mandiri, Menteng, bersama suami dan Mama. Kesan pertama, parkiran susah. Yup, ternyata rumah sakit terkenal ini enggak sebesar yang saya kira, apalagi parkirannya. Banyak sekali mobil pasien dan pengunjung yang harus parkir di pinggir jalan sepanjang Jl. Theresia, Menteng. Saya cuma mikir kalau teman-teman mau jenguk nanti males juga ya, nyari parkirnya. Lanjut ketika masuk lobby, meja registrasi langsung berada di drpan pintu masuk. Saya langsung saja memberi tahu bahwa saya sudah bikin perjanjian dengan dr. Bambang, mbak registrasi pun langsung memberi kertas berisi nomor antrian. Saya dapat nomor 7.

Kami bertiga pun menunggu di depan ruang praktek dr. Bambang. Di sisi depan poliklinik terdapat nurse station, dan saya melihat beberapa bumil mengantri untul ditimbang dan diperiksa tekanan darahnya. Saya pun menghampiri perawat di nurse station untuk mengantri, namun perawat di nurse station memberi tahu saya: "Kalau pasien dr. Bambang enggak perlu dicek di sini, Bu" Hmh? Oh, OK. Mungkin nanti dicek sama perawat asisten dr. Bambang, pikir saya. Akhirnya saya bertemu dengan dr. Bambang jam 7 malam (janjinya jam 5.30). It's not a big deal, menurut saya. Sebagai sesama penyedia pelayanan medis, saya sangat mengerti kalau dokter obgyn sering terlambat hadir di poliklinik. Yaiyalah, mana ada proses persalinan yang bisa diatur harus selesai dalam sekian jam. Ya enggak?

Physically, sesuai hasil googling saya *grin*, dr. Bambang terlihat seperti ompung-ompung baik hati. Ga terlalu tinggi, ga terlalu gemuk, berambut putih, dan ketawanya khas seperti terkekeh gitu. Saya langsung diminta untuk berbaring di bed pasien dan beliau segera memeriksa kandungan saya. Ternyata enggak ada tuh ditimbang dan diukur tekanan darah oleh peraway pribadi dr. Bambang. Hmm, agak mengecewakan sih, tapi mungkin karena banyak bumil yang datang ke dr. Bambang memang hanya untuk USG fetomaternal saja dan bukan kontrol rutin, jadilah penilaian BB dan tekanan darah kurang bermakna.

Awalnya dr. Bambang menunjukkan janin saya secara keseluruhan, si dedek lagi menendang-nendang kakinya, wajahnya menempel ke plasenta. Okelah, sepertinya memang templatenya beliau untuk memulai USG dengan menonton si dedek show. Barulah kemudian dr. Bambang meneliti satu persatu bagian tubuh dedek. Dimulai dr bagain tubuh atas, tengah, dan bawah. Dari tubuh bagian atas, beliau memperlihatkan otak, lensa mata, hidung, mulut, telinga, dan bibir. Awalnya dedek masih mau memperlihatkan mukanya yang supermini, tapi ketika saya bilang: "wah, hidungnya besar!" entah kenapa dia langsung menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Kata dr. Bambang bayinya ngambek. Hahaha... Maaf ya dek!

Lanjut ke tubuh bagian tengah, dr. Bambang menunjukkan jantung, paru, lambung, dan yang pasti ditunggu-tunggu: jenis kelamin.

"Udah tau belum jenis kelaminnya?" beliau bertanya. Kami bertiga pun menggeleng.

"Mau tau apa enggak usah?"

Mama dengan cepat menyahut, "Ya, mau dong,Dok!"

Dokter pun langsung mengarahkan kursor ke selangkangan dedek, "Tuh, ada monasnya, itu skrotumnya."

Ho, laki-laki? Pertanyaan saya berikutnya, "Itu udah fixed laki-laki, Dok?"

Beliau hanya menggerakan probe USG, mencoba menunjukkan dengan lebih jelas si monas kepada saya, "Iya, nih. Laki-laki bayinya."

Ohh..oke deh. Halo, Bang!!! Hihihi...Saya, Mama, dan suami agak tercengang karena selama ini semua orang yang melihat saya yakin kalau anak saya perempuan. Tapi enggak masalah, laki-laki dan perempuan sama saja, yang penting sehat dan baik ya, Bang :)

Dr. Bambang juga menjelaskan bahwa plasenta letaknya baik, tidak menutupi jalan lahir, jadi kemungkinan melahirkan normal terbuka lebar. OKEH! Ketuban pun jernih dan jumlahnya cukup. Setelah puas melihat semua organ si dedek, saya pun berharap akan ada sesi tanya panjang lebar dengan dr. Bambang. Tapi ternyata saya hanya sempat bertanya sedikit. Saya agak khawatir tentang Hb saya yang mulai turun, yaitu 11 g/ dL. Dokter hanya berpesan untuk memeriksakan Hb lagi saat usia kehamilan masuk 7 bulan. 

Saya pun bertanya tentang metode persalinan dengan ILA. Dr. Bambang dengan tegas menjawab, "Udah, enggak usah macem-macem, yang normal aja. Lagipula ILA kan ada efek sampingnya, bisa sakit kepala kronik kamu." *langsung down* Okelah, emang niat hati mau melahirkan normal walaupun horor.

Selesai tanya jawab, saya diminta untuk membereskan administrasi sembari menunggu hasil USG. Saya agak kaget saat membayar biaya USG, karena harganya hanya separuh dari harga yang sebelumnya disebutkan oleh bagian registrasi saat saya pertama kali booking. Ketika perawat dr. Bambang memberikan hasil USG berupa foto dan CD, saya iseng bertanya kenapa harga USG-nya berubah. Si perawat tersenyum sembari menepuk lengan saya, "Kalau sama sejawat enggak kena biaya konsul. Dok." Otomatis saya langsung senyum lebar dari kuping ke kuping. Seorang dokter spesialis yang sudah tersohor dan senior ternyata masih ingat untuk tidak mengambil keuntungan dari sejawatnya...Huhuhu *terharu*. Akhirnya saya pulang ke rumah dengan Mama dan suami dengan pesan dari dr. Bambang untuk USG ulang 12 minggu lagi. Oke, Dok!

Sekian pengalaman saya bertemu dr. Bambang Karsono, SpOG(K), memang enggak lebay kalau dibilang dia ahli USG, karena memang dia memeriksa dengan sangat detail. Tapi untuk tempat melahirkan, tampaknya saya masih pikir-pikir dan harus hunting lagi. Ada rekomendasi? :D

Oiya, saya sempat memfoto estimasi biaya persalinan di YPK Mandiri per Desember 2015:

Sectio Caesarea
VVIP               : Rp 35.250.000,00
VIP                  : Rp 30.150.000,00
Kelas I Utama : Rp 27.550.000,00
Kelas I             : Rp 23.300.000,00
Kelas II            : Rp 19.700.000,00
Kelas III          : Rp 17.750.000,00

Partus Normal
VVIP               : Rp 22.200.000,00
VIP                  : Rp 18.600.000,00
Kelas I Utama : Rp 16.350.000,00
Kelas I             : Rp 13.950.000,00
Kelas II            : Rp 12.250.000,00
Kelas III          : Rp 10.650.000,00

NB: itu masih estimasi loh, jadi masih biasa bertambah kalau ada biaya obat-obatan lain dan sebagainya. Hope it helps!

Thursday, December 31, 2015

Christmas 2015

Setelah drama tanggal 24 Desember berakhir dan saya sudah mengisi ulang tenaga di malam harinya, tibalah Hari Natal yang ditunggu-tunggu! Hohoho... Natal pertama saya sebagai istri, menantu, dan kakak ipar! *yeay*

Saya bersama keluarga Hutajulu mengikuti ibadah Natal di HKBP Cimahi jam 11 pagi. Nanggung banget yah pas sebentar lagi jam makan siang. Huhuhu... Untuk antisipasi kelaparan di tengah ibadah, saya sudah membawa beberapa kue kering dan susu kotak.

Kostum Natal tahun ini tidak ada yang istimewa. Semenjak menikah memang suami memberi mandat bahwa kostum kami harus senada setiap ke gereja, sama seperti kedua mertua saya. Oh, okay kayaknya batik gampang disesuaikan, angan saya.
Pinkish in-Laws + Reddish Us + Yellow Bro in Law
Sempet-sempetnya foto sama Pendeta!

Ternyata seminggu sebelum Natal, suami mendapat hadiah Natal kemeja merah dari mama saya (jangan tanya saya dapat atau nggak. Hiks!). Akhirnya saya pun membawa gaun merah lama saya untuk menyesuaikan warna kemeja suami.

Sepulang dari ibadah, kami makan siang bersama di rumah mertua, mengobrol, lalu tidur siang. Sorenya suami mengajak saya berkunjung ke rumah komandannya di Gumil. Kebetulan komandan suami juga seorang Nasrani, maka berangkatlah kami ke rumah beliau untuk ber-Natal bersama.

Saya agak heboh sebelum berangkat ke rumah komandan suami, khawatir kesan pertama saya jelek di mata komandan (apalagi bu komandan. Glek!). Rok saya kependekkan nggak? Serius enggak apa-apa digerai rambutnya? Dan seterusnya saya meracau di jalan menuju rumah komandan suami. Ehh... Puji Tuhan ternyata komandan suami beserta istri sangat santai. Mereka sangat menyenangkan dan suka bercanda. Sebelum kami, sudah ada beberapa senior abang yang juga datang untuk mengucapkan selamat Natal. Akhirnya kami makan-minum dan mengobrol sampai jam 9 malam. Kami pun pamit pulang karena besok pagi harus berangkat pagi-pagi sekali ke Jakarta. My best friend is getting married! Wohoo...
Ber-Natal bersama rekan kerja suami :)

To make it short, it's not bad at all to celebrate Christmas with the in-laws. Justru Natal kali ini terasa berbeda karena saya bisa mengenal keluarga dan rekan-rekan kerja suami lebih jauh. Hehehe. After all, Christmas is not about the festivities, right? It is about caring and sharing with the closest persons in your life.

Merry Christmas all! God bless you!

Wednesday, December 30, 2015

Drama 24 Desember 2015

Dilema setelah menikah, terutama bagi sepasang suami istri Batak adalah: Natalan di mana?

Sedari lama suami saya sudah memberitahukan orang tua saya bahwa kami akan ber-Natal di Cimahi (rumah mertua). Orang tua saya pun setuju, karena sehari-harinya saya dan suami masih tinggal di rumah orang tua saya, maka ada baiknya waktu liburan dihabiskan di rumah mertua. Saya pun langsung mengiyakan. Memang kangen juga sih sama mertua.

Dua minggu sebelum Natal, suami mulai mencari tiket kereta ke Cimahi. Guess what? Habis dong tiketnya. Ternyata Natal tahun 2015 jatuh di hari Jumat, dan malam Natal tanggal 24 Desember yang biasanya bukan tanggal merah ternyata bertepatan dengan Hari Maulid Nabi sehingga dimerahkan juga. Bandung, Puncak, dan sekitarnya sudah pasti jadi sasaran empuk bagi warga Jakarta di long weekend. Huft!

Akhirnya suami saya berinisiatif membeli tiket travel di dekat rumah karena kami memang tidak berencana membawa kendaraan pribadi. Jadilah kami mendapat 2 tiket travel tanggal 24 Desember 2015 jam 6 pagi. Okay, sejauh ini tidak ada prasangka buruk. Hahaha... Semacet-macetnya paling jam 1 siang juga sampai, pikir saya.

Tibalah harinya saya berangkat ke Cimahi bersama suami. Saya sempat drama dengan meneteskan air mata karena tidak bisa merayakan natal bersama orang tua saya. Mama saya yang mengantarkan saya dan suami ke pool travel pun tampak berkaca-kaca. Hiks... Kalau dipikir-pikir memang drama sih, padahal 2 hari lagi juga saya sudah pulang lagi ke rumah orang tua. Hehe...

Berangkatlah kami ke Cimahi jam 6 pagi dari pool XTrans di Pulomas. Perasaan cukup lega ketika kami masuk tol Cempaka Putih dan tolnya terlihat lowong. Fiuh, ternyata jalanan lancar. Tetot! Dua puluh menit kemudian, ternyata jalan tol tersendat parah. Supir travel berinisiatif mengambil jalan keluar ke arah Cawang. Dan ternyata hasilnya sama saja. Semua jalan stuck! Supir travel pun memutar otak dan memutuskan untuk mengambil jalan biasa melewati Bekasi. Dan luar biasa, jalanan Bekasi pun macet luar biasa pemirsa!

Kami pun berhasil masuk tol Bekasi Timur pada pukul 12 siang. Saya sudah sangat pegal dan terlebih lagi lapar! Tol yang sangat macet dan cuaca yang tidak bersahabat (panas banget!) sukses membuat saya cranky. Bye-bye suasana mellow berpisah dari orang tua, sekarang yang saya pikirkan hanya ingin cepat sampai di Cimahi. Di km 30-an (jam 1 siang) akhirnya penumpang lain yang adalah sepasang turis muda dari Jepang meraung ingin ke toilet. Kasihan sekali mereka, pikir saya, pasti mereka trauma datang ke Indonesia lagi. Huhuhu...*puk-puk turis Jepang. Kami pun melipir di rest area km 38.

Dari sekian rest area yang ada, entah kenapa kami harus berhenti di rest area km 38. Rest area sangat buruk, toiletnya sangat kotor, meja makannya sedikit (dibanding pengunjung yang segambreng), dan makanannya pun tidak higienis karena dijajakan di gerobak terbuka. Antrian ke toilet sangat panjang membuat saya mengurungkan niat untuk buang air kecil. Saya lebih butuh makan dan minum. Karena pilihan makanan yang sedikit karena sudah diborong oleh pengunjung-pengunjung sebelumnya, saya dan suami hanya makan lontong sayur dan minum teh botol. Memang aji mumpung pengunjung tidak punya pilihan, para penjaja makanan pun mendongkrak harga makanan dan minuman. Rasanya saya ingin sekali marah-marah ke mereka, tapi energi saya sudah terkuras di jalan.

Kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Ajaib, di km 40-an jalanan mulai lancar, lancar sekali bahkan! *tangis terharu. Muka supir yang tadinya tegang pun perlahan melemas, semangat Pak! Di rest area km 70-an supir kembali melipir karena kali ini dia yang kelaparan. Waktu menunjukkan jam 2 siang. Dengan senang hati saya turun ke rest area karena rest area kali ini lebih descent dari yang sebelumnya. Setelah buang air kecil dan beli minuman dingin, kami pun berangkat lagi. Jalanan masih sama lancarnya, bahkan hingga menjelang tol Pasteur, jalanan sangat lengang. Kami pun di drop di Giant Hypermart dan dijemput oleh adik suami untuk pulang ke Cimahi. It was 4.30 pm in the afternoon. Yak, dengan demikian tepat 10,5 jam saja waktu yang kami habiskan dari Jakarta ke Bandung! TEPAR!

Wednesday, December 23, 2015

Hari Lajang Terakhir dan Kak Sofia

Yayaya... Hampir empat bulan sudah berlalu dari pernikahan saya dan saya baru menulis ceritanya hari ini! Hahahaha procrastinator sejati!
Satu hari sebelum pernikahan saya, saya putuskan untuk mengambil cuti untuk menenangkan diri di rumah. Saya menonton TV, masker muka, scrubbing, suntik vitamin B kompleks dan memasang cat kuku. Untuk pilihan warna cat kuku, saya memilih warna merah dengan aksen french manicure warna emas. Sederhana. Saya pun memilih menggunakan kuku sendiri karena takut kuku saya tiba-tiba lepas saat menyalami orang banyak.
Findry sang tukang kuku (@paintitnails) tiba di rumah jam 7 malam, di mana saya dan mama udah cranky berat karena kami mau tidur cantik (akhirnya enggak tidur juga, sih...) Kuku mama langsung dikerjain dalam waktu 1 jam, sementara kuku saya dikerjakan dalam 1,5 jam. Alhasil kami baru masuk kamar masing-masing jam 9.30 malam. Sang pandongani, aka Lia, sahabat saya sejak sekolah minggu, sudah stand by di rumah sejak jam 6 sore. Ya, saya sudah mewanti-wanti dari jauh hari, Lia harus tidur sama saya semalam sebelum hari pernikahan.
Di kamar, bukannya langsung tidur, saya malah ngobrol kesana kemari dengan Lia. Sambil menyusun pakaian untuk dibawa sepulang pesta (iya, saya enggka pulang ke rumah lagi setelah pesta...hiks) dan untuk bulan madu. Ohlala...segala macam lingerie kami bahas...hahaha... lalu setelah itu kami tidur. NAAAH! Selesai packing instead of tidur saya malah memasangkan cat kuku untuk Lia. Iya, baru dengar kan, pengantin yang memasangkan cat kuku untuk Pandongani?
Alhasil segala kerecokan kami diakhiri pukul 00.30 pagi, kami berdua tidur lelap sampai... Jam 3 pagi saya dibangunkan oleh mbak di rumah! Sambil mengetuk pintu dia berseru, "Non, periasnya sudah sampai." Huaooo...tiba juga harinya, 28 Agustus 2015!!!
Harapan saya dulu bisa bangun dengan cantik, berdoa, lalu melenggang manis ke kamar mandi sebelum disulap jadi barbie. Realitas: bangun-bangun perut mules, langsung mandi ala kadarnya, dan lari-lari ke kamar mama, karena di sanalah saya akan dirias oleh Kak Sofia. Kak Sofia ternyata tiba lebih cepat dari perjanjian, yang dibilang akan datang jam 3.30. Akhirnya jam 3.15 saya mulai disulap oleh Kak Sofia. Mama dan mertua saya pun ternyata sudah berangkat ke Salon Okta di pulomas untuk dirias. Mama memang dari awal tidak mau didandani oleh Kak Sofia karena dia belum pernah mencoba, tapi percayalah setelah melihat hasil riasan saya diapun mengakui kemampuan Kak Sofia.
Setelah dirias dan disanggul selama 1,5 jam Kak Sofia mengatakan harus ganti pasien dulu. Triknya adalah dia harus mendandani orang lain dulu sebelum merias saya lagi. "Supaya tahu di mana yang kurang," katanya. Alhasil saya rehat sejenak sambil mengisi perut dengan teh manis. Setelah mematut diri di kaca, jantung saya baru mulai berdegup cepat. SAYA AKAN MENIKAH!
Make up Kak Sofia untuk hari pernikahan saya berbeda jauh dengan make up saat Martumpol. Kalau orang-orang bilang make up Martumpol terlalu soft, maka kali ini kak Sofia lebih berani untuk "mengelir" muka saya. Riasan mata, blush on, dan warna lipstik yang dipakai lebih bold. Tatanan rambut untuk pemberkatan sesuai dengan permintaan saya, yaitu dengan belahan menyamping untuk menyesuaikan bentuk wajah saya yang memanjang. Bunga mawar di rambut juga sesuai permintaan, yaitu mawar putih. Saya suka sekali dengan hasil make up pada saat pemberkatan.
Setelah Ibadah Pemberkatan selesai pukul 11.00 kami langsung bergegas menuju Gedung Mulia & Raja untuk acara Pesta Unjuk. Saya takut terlambat untuk datang, karena hari itu dan adalah hari Jumat dan jalanan Jakarta di hari Jumat seringkali tidak manusiawi. Untungnya ada seorang bapak PM yang mengiringi mobil pengantin dengan motor besar yang berbunyi tetotetot (voorijder kalo kata orang bule). Hehehe..
Setibanya di gedung, tepatnya pukul 11.30, ternyata Kak Sofia sudah menanti saya di ruang pengantin. Syukurlah, saya tidak harus menunggu untuk di touch up. Saya langsung duduk di depan kaca dandan dan Kak Sofia tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendandani saya.
Untuk hair do dan make up saat Pesta Unjuk, saya sudah mengingatkan Kak Sofia sebelumnya bahwa saya ingin poni saya ditarik ke belakang semua karena saya akan menggunakan sortali. Bunga mawar di rambut pun diganti menjadi warna merah, dan ditambahkan dengan sepasang roncean melati, satu panjang sampai dada, satunya pendek sebahu. Saya pun meminta Kak Sofia untuk mengganti warna lipstik saya menjadi warna merah supaya lebih cerah. Awalnya sih saya kurang pede dengan warna merah ini karena takut bibir saya terlalu dominan dibanding seluruh wajah, tapi dengan kelihaian Kak Sofia... Jreng! Entah kenapa bentuk bibir saya jadi bagus dan warnanya pun bagus! Hihihi... Senang dan puas!
Akhirnya jam 12.00 kami pun dipanggil oleh panitia untuk memasukki gedung. Saya berterima kasih banyak sama Kak Sofia karena berkat riasannya, saya makin percaya diri untuk melangkah masuk ke gedung.
Untuk ketahanan make up, Kak Sofia enggak perlu diragukan lagi. Dia udah pakem banget sama pesta batak yang pastinya seharian (sigh...). Jadi riasan saya tetep on sampai malam hari (pesta selesai jam 20.00) bahkan sampai acara manjalo parumaen di hotel (jam 22.00). Paling banter hidung saya saja yang agak mengkilat karena minyak, tapi itu pun sangat dimaklumi karena tipe wajah saya yang berminyak.
To make it short, menurut saya inilah kelebihan Kak Sofia sebagai seorang make up artist:
1. Profesional. Seminggu sebelum hari H, Kak Sofia mengajak saya untuk ketemu dan membahas rencana make up saya untuk hari H. She really wrote all the details on her notebook! Dia datang tepat waktu ke rumah dan ke gedung, bahkan lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Hasil make up pun sesuai dengan permintaan saya.
2. Harga bersaing. Ini sih sebenarnya alasan kuat saya untuk mempercayakan riasan hari H kepada kak Sofia. Dengan harga yang sangat terjangkau, semua pengantin bisa disulap jadi manglingi. Bagi saya pribadi, make up yang bagus tidak harus selangit harganya, dan Kak Sofia proved it!
3. Kepribadiannya menyenangkan! Walaupun suka lama bales whatsapp dan kalau bales sepitik-sepitik, tapi ternyata Kak Sofia sangat ramah dalam kehidupan nyata. Hehehe... Dia mengajak saya ngobrol terus selama dirias untuk mengurangi rasa grogi, dan juga memberi pujian supaya saya percaya diri. Pokoknya keibuan deh. Hehehe...
Me with the make up artist...cucok kan?

Wednesday, October 7, 2015

Acara Adat Batak III: Partumpolon dan Martonggo/ Maria Raja

Ola! Mrs. Hutajulu's here! 😂

Yayaya.. akhirnya saya menikah!
How does it feel? Orang tua pasti akan bilang, bulan pertama pasti terasa indah kan? Hehehe.. Ya, bener sih. Tapi rasanya "baru" lebih tepat menggambarkannya. Saya merasa "baru".

Well, let's keep it as secret now, karena bukan itu topik postingan saya kali ini. Saya mau berbagi tentang pengalaman saya menjalani proses "Partumpolon/ Ikat Janji Pernikahan" dan Martonggo Raja. Nia, kenapa baru sekarang posting soal Martumpol? Basi kali! Hehehe.. Mungkin ada yang berpikir seperti itu ya? Yah, saya baru punya kesempatan sekarang dan saya ingin mengabadikan momentum ini untuk orang-orang yang akan membacanya kelak; para calon pengantin, peminat budaya Batak, dan calon-calon anak saya... 😊

Sebenarnya, tidak semua orang menjalani proses ini. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan oleh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sebagai upaya untuk meneliti kesiapan hati calon pengantin dan menyelidiki adanya hal-hal yang mungkin menghalangi proses pernikahan. Memang telah terjadi pergeseran dari makna Partumpolon itu sendiri. Dahulu, Partumpolon diadakan secara sederhana, hanya dihadiri oleh calon pengantin, orang tua calon pengantin, penatua, dan pendeta. Namun, saat ini Partumpolon diadakan sebagai acara akbar dan melibatkan banyak orang.

Hal yang sama terjadi pada Acara Partumpolon saya. Acara sakral itu berlangsung pada tanggal 8 Agustus 2015 di Gereja HKBP Immanuel Kelapa Gading. Begitu banyak orang yang hadir, hingga memenuhi lantai 1 dan lantai 2 gereja. Aku mengambil tema nuansa "mint green". Mulai dari kebaya saya, cat kuku saya, kemeja abang, hingga sampul buku acara, semua bernuansakan warna "mint green".

Jujur saja, saya merasa lebih tegang saat Acara Partumpolon. Entah kenapa, jantung saya berdegup kencang saat prosesi masuk gereja hendak dimulai. Rasanya kaki saya lemas dan perut saya terkocok saat saya melangkah masuk ke dalam gereja bersama abang. Mungkin karena pandangan para teman dan keluarga yang memandangi kami berdua, mungkin juga karena saya harus menggunakan sendal tinggi yang tidak pernah saya pakai. Hahaha...

Singkat kata, karena kebaikan Tuhan, Acara Partumpolon berjalan lancar. Sempat terjadi mati lampu di awal acara selama kurang lebih 3 menit, tapi puji Tuhan semua teratasi dengan baik. Pada inti Acara Partumpolon, saya dan abang menyatakan kesungguhan hati kami untuk membangun pernikahan Kristen, kami juga menyatakan bahwa kami tidak terlibat hubungan perkawinan dengan siapapun, dan menyatakan kasih kami satu sama lain dalam bentuk tukar cincin.  Saya ingat cincin abang mendadak terlalu kecil sehingga dia membantu saya untuk memasangkan cincin bertuliskan "NIA" itu di jarinya. Hihihi...

Seusai Partumpolon, acara dilanjutkan dengan makan sore bersama kemudian Martonggo Raja. Martonggo Raja adalah istilah untuk pihak yang marhobas di Pesta Unjuk/ Ulaon Na Gok karena semenjak Marhori-Hori Dinding sudah disepakati bahwa Pesta Untuk ini menganut Alap Jual (pesta diadakan oleh keluarga pengantin perempuan). Sementara itu, pihak pengantin laki-laki (yang tidak mengadakan pesta) mengadakan acara Maria Raja. Untuk efektivitas, acara Martonggo Raja dan Maria Raja dilaksanakan di Ruang Serbaguna Gereja HKBP Immanuel Kelapa Gading.

Inti dari acara Martonggo Raja dan Maria Raja adalah koordinasi akhir dalam keluarga. Dalam acara itu Raja Parhata menjelaskan runtutan acara Pesta Unjuk agar keluarga mengetahui di mana mengambil peran. Memang pesta pernikahan Batak adalah benar-benar acara keluarga. Semua saudara pasti terlibat ambil bagian dalam Pesta Unjuk. Saya sendiri tidak banyak terlibat dalam perbincangan ini, karena lebih banyak berfoto bersama abang dengan fotografer Mas Micko dari Mitra Photo.

Pengalaman saya, rasa stress, tegang, dan sensitif lebih banyak berkurang setelah Acara Partumpolon. Saya lebih tenang menghadapi pernikahan, dan merasa yakin bahwa abang adalah pria terbaik untuk menjadi partner saya mengarungi biduk rumah tangga. Untuk para calon pengantin yang masih mempersiapkan diri menghadapi Partumpolon, jangan lupa untuk berdoa ya. Berdoalah yang sungguh-sungguh, minta Tuhan campur tangan dalam acaramu. Selain itu jaga kesehatan dengan makan seimbang, istirahat cukup, dan minum air putih yang banyak. Untuk hari H, bawa barang seperlunya saja, seperti uang persembahan, tissue, lipstik, dan emergency things seperti lem kuku (bagi yang menggunakan kuku palsu), plester, dan obat sakit kepala.

Vendors:
Dekor: Toko Bunga Cikini, Cikini
Cincin: Toko Mahkota, Cikini
Kotak cincin: Iris Seserahan, Malang (@irisseserahan)
Buku acara: Family Printing, Rawamangun
Fotografer: Mas Micko (@mitraphoto)

Monday, August 3, 2015

Holiness Upon Happiness

Ola! Long time no post, eh?

Well today I decided to update my blog in the middle of wedding prep craziness. It is 24 days to my wedding day! Just like any other bride-zillas, I'm struggling with my mood swing. I realized that I am getting more sensitive and irritable these days, crankier than ever. Oh well, so much for the intro!

In this post, I am so willing to tell you my experience on the last Sunday before my engagement service (Partumpolon/ Ikat Janji).  After the Sunday School Service was dismissed, my fellow teacher asked the children to stay in the class. They were going to practice a song for my engagement service.

Nothing can explain how deeply touched my heart was when I hear the children started to sing the chorus. Not by the innocent faces of the children or by their clear and heavenly voices (although they did contribute the emotional situation). I was moved when I hear these phrases of the song:

Ajarilah kami bahasa cinta-Mu, agar kami dekat pada-Mu, ya Tuhanku
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu, agar kami dekat pada-Mu

(Teach us Thy language of love, so that we may become to You, our Lord
Teach us Thy language of love, so that we become close to You)

I know it is an old song. Some of us might have known this song since we were just Sunday School students. But today, I just realized the meaning of the song.

Just in a split second, a book crossed my mind. It was a book lent by my colleague few weeks ago. "Sacred Marriage" by Gary Thomas. I was still going through half of the book at that time. This book was really interesting. On the cover of the book, there is a question sentence: "What if God designed marriage to make us holy more than to make us happy?" When I read the question, I thought: "Well, nobody has ever asked me this!"

As I went through the book, I learned the value of a marriage. It is not by superficial reasoning that God called the Israelites His "bride". We all know how self-willed the Israelites were. They turned to gods so many times, most of the times because the didn't get what they asked for from God. Those times were not a happy time for "the Groom". But amazingly, as many times as His bride "betrayed" Him, there are more times that God showed mercy upon the Israelites. Everytime the tribe turned their back on God, God punished them, but then He sent them a helper through prophets and judges to facilitate their repentance. The Old Testaments teached us a lot about God's endless love to His "bride", literally through thick and thin!

God's love is so limitless that He finally sent His only Child, Jesus Christ, to bring salvation to the falling world. Jesus had to die and rise in order to release us from the slavery of sin. God is willing to unite with us. The book of Revelation depicted this union as a wedding, describing the faithful Christian as the "bride". Through the New Testaments, we learn about Christ's perseverance.

You see? Such a deep relationship, deepest even, a marriage means, that God used it to reflect His relationship with us. So, is there any better way to improve our relationship with God than to improve our marriage life? Is there any better way to be a good bride for God than to be a good bride for your spouse? It is very clear that God designed marriage to teach us the way we should love God.

Regarding the title I've put on this post, I am not saying that Christian marriage must be far from happiness. It is just an invitation for us to take a look at marriage from a different perspective. I believe that happiness will come along, but the focus is still on achieving holiness.

I suppose now you understand why I am so touched by the lyrics of the song. Marriage can be a doorway for a closer walk to God, and I really hope that my marriage will be such. For all of my friends who are married, dating, or still waiting for a partner to share God's love, I really recommend you to read the book. May the Lord teach us the language of His love, so we may grow closer to Him.